Pangalengan — Pada umumnya untuk bisa memeroleh fasilitas keuangan dari perbankan seorang pengusaha harus memenuhi berbagai persyaratan, dan memiliki jaminan. Namun demikian, untuk memperluas akses keuangan kepada masyarakat PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggunakan Program Kemitraan (PK).
Salah satu pengusaha unbankable yang menerima fasilitas kredit dari program tersebut adalah Mohamad Aleh, yang akrab disapa Aleh. Pada 2016, bank yang bermarkas di Jalan Jenderal Sudirman itu mengucurkan fasilitas kredit sebesar Rp30 juta untuk Aleh.
Dalam keterangan resmi BNI yang diterima redaksi, Syarat penerima PK yang diatur pada saat itu antara lain debitur harus berusia lebih dari 21 tahun, memiliki pengalaman usaha lebih dari enam bulan, tidak memiliki fasilitas kredit produktif dari bank lain, dan dibebankan bunga kredit sebesar 6 persen. Jaminan yang diminta biasanya hanyalah benda-benda berharga kepunyaan debitur dan ditambah dengan dokumen penting milik mereka. Aleh mengaku menjaminkan ijazahnya. Maklum saat itu, Aleh hanya memiliki prospek usaha tanpa ada jaminan yang bisa diagunkan kepada bank.
Bapak tiga anak ini telah menjadi petani kopi sejak 1998, yang terus ditekuninya hingga dipercaya menjadi supplier kopi untuk Mitsubishi Corp asal Jepang, juga berbagai kafe terkemuka, salah satunya adalah Filosofi Kopi. Usaha dan kemauan untuk terus maju diakui Aleh melancarkan usahanya sampai bisa membuka kedai kopi sendiri.
Sebulan ia mengaku bisa menghasilkan sekitar Rp50 juta hasil dari pengolahan biji kopi di ladangnya yang seluas 5 hektar. “80 persen hasilnya diekspor dalam bentuk green bean kopi. Pembelinya Mitsubishi Corporation (melalui Koperasi Produsen Kopi Margamulya),” tutur Aleh di lokasi pengolahan kopi miliknya di bilangan Pangalengan, Kabupaten Bandung, akhir pekan lalu.
Kuletan dan motivasinya untuk memperkenalkan varietas kopi Sigarar Untang, Java Preanger Gunung Tilu, yang merupakan varietas kopi asli Pangalengan dengan citarasa rempah-rempah (spicy), membuatnya ditunjuk jadi Ketua Koperasi Produsen Kopi Margamulya di Desa Panyindangan, Pangalengan. Dengan anggota sekitar 200 petani kopi, dan ladang sekitar 200 hektar yang mampu menghasilkan 100 ton biji kopi di masa panen, Koperasi Produsen Kopi Margamulya menjadi naungan dan tempat bergantung warga sekitar untuk tetap produktif di kampung halamannya, tanpa perlu bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) jauh-jauh ke luar negeri. “Ya bisa memberikan penghasilan UMR Bandung (Jawa Barat). Jadi bisa mengurangi urbaninasi,” tukas Aleh optimis.
Tidak hanya Pak Aleh, sekitar 20 petani yang berada di bawah naungan Koperasi Produsen Kopi Margamulya juga mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI. Sebagai pengurus koperasi, Pak Aleh me-referral-kan petani-petani yang memang memenuhi syarat perbankan dan pastinya mampu membayar kewajiban tiap bulannya. “Ya saya kasih rekomendasi ke bank,” ucap pria yang sebelumnya bergerak di bidang kontraktor itu.
Bagi BNI, Aleh bukan sekadar debitur, namun juga sebuah kebanggaan karena dapat mengantarkannya dari petani kopi menjadi pengurus koperasi petani kopi dan bahkan pengelola kafe. Prestasi yang ditorehkan Aleh cukup menggembirakan, di mana ia menjadi Juara I Coffee Cupping Competition Jenis Arabika di Smesco Rembug Kopi Nusantara, Jakarta pada Oktober 2017. Pun sering diundang untuk menyediakan kopi di acara-acara penting di Jawa Barat. Cerita sukses Aleh diharapkan bisa terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya perbankan yang getol mendukung usaha mikro dan kecil di Tanah Air, seperti yang dilakukan BNI. (*)