Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong investor Jepang untuk berinvestasi di sektor industri bahan baku dan barang modal. Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, langkah tersebut diambil karena potensi outward investment Jepang untuk sektor bahan baku dan barang modal cukup besar.
“Berkembangnya investasi sektor tersebut memiliki dampak positif ganda dalam hal menekan angka impor serta meningkatkan kapasitas industrialisasi perusahaan domestik,” ujar Franky dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat, 29 Januari 2016.
Jika merujuk data FDI Markets 2015, proporsi sektor bahan baku dan barang modal terhadap outward investment Jepang secara global cukup besar. Dia mencontohkan, proporsi sektor baja mencapai US$2,2 miliar atau 5% dari keseluruhan outward investment Jepang. Demikian pula dengan sektor kimia yang juga mencapai 3% atau sebesar US$1,81 miliar.
“Data tersebut memberikan gambaran bahwa potensi investasi Jepang di kedua sektor tersebut masih cukup besar. Pemasaran investasi BKPM di Jepang akan mendorong masuknya investasi Jepang untuk industri bahan baku dan industri barang modal. Selain tentu saja sektor utama mereka di bidang otomotif dan industri komponennya,” tukasnya.
Dia menyampaikan, perkembangan industri bahan baku dan barang modal cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan realisasi investasi selama 2015 yang mencapai Rp57,9 triliun atau naik 24,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi investasi Jepang dari sektor tersebut juga menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data BKPM, Jepang mencatat realisasi investasi di sektor substitusi impor mencapai Rp2,5 triliun pada 2015 atau naik 33% dari tahun sebelumnya mencapai Rp1,8 triliun. “Bidang usaha yang mendominasi capaian realisasi investasi Jepang tersebut adalah industri Logam Dasar Besi dan Baja terdiri dari 39 proyek dan nilai investasi mencapai Rp1,74 triliun dan menyerap 3.474 tenaga kerja,” ucapnya.
Sementara dari sisi komitmen investasi, investasi barang modal dan bahan baku tercatat mencapai angka Rp171 triliun atau naik 53% dari periode yang sama tahun semula. Dari data yang dirilis oleh BKPM, investasi dari Jepang terus menunjukkan peningkatan selama enam tahun terakhir.
Sejak 2010, nilai investasi Jepang ke Indonesia mencapai US$713 juta, kemudian meningkat drastis pada 2011 dengan nilai investasi mencapai US$1,5 miliar, kembali meningkat menjadi US$2,3 miliar pada 2012. Puncaknya, pada 2013 Jepang menjadi peringkat teratas investasi dengan realisasi US$4,7 miliar. Kemudian, pada 2014 angkanya turun dan berada di level US$2,7 miliar, dan pada 2015 meningkat tipis di level US$2,8 miliar.
Dari sisi realisasi investasi berdasar negara asal untuk periode 2010-2015, posisi Jepang berada di peringkat dua di bawah Singapura dengan nilai mencapai US$31 miliar. Di bawah Singapura dan Jepang, terdapat Amerika dengan nilai investasi US$8,2 miliar, Korea Selatan US$8 miliar dan Malaysia di peringkat kelima dengan nilai investasi US$7,1 miliar. (*) Rezkiana Nisaputra