Jakarta – Kepala Departemen Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Dicky Kartikoyono bangga atas kemajuan Indonesia dalam mengembangkan sistem Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Menurutnya, QRIS sudah menjadi game changer untuk perekonomian Indonesia.
Menurut Dicky, salah satu alasan QRIS dikembangkan adalah dengan banyaknya pengguna smartphone di Indonesia. Data yang mereka miliki menunjukkan, ada sekitar 350 juta pengguna ponsel pintar di negara ini. Jumlah ini bahkan melebihi populasi Indonesia.
“Digitalisasi ini kan, kelebihannya bisa dijangkau dengan cara yang relatively simple, yaitu dengan smartphone. Nah, pengguna smartphone di Indonesia sekarang ini kemarin kalau Pak Presiden sampaikan 350, juta even bigger dari jumlah penduduk Indonesia,” ungkap Dicky di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.
Baca juga: Transaksi QRIS Melonjak 226 Persen di Triwulan II 2024
Namun, Dicky menegaskan kalau yang paling penting adalah fakta bahwa QRIS bisa membantu golongan masyarakat yang belum mendapat akses keuangan. Mereka yang terpelosok, atau pegiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dimudahkan dengan keberadaan QRIS.
BI sendiri mencatat saat ini, sudah ada lebih dari 50 juta masyarakat Indonesia yang sudah memakai QRIS. Lebih dari itu, penetrasi QRIS terhadap UMKM mencapai lebih dari 30 juta pengguna. Dicky percaya kalau jumlah ini akan terus bertambah.
“Sekarang ini, pengguna dari QRIS di Indonesia sudah mencapai 50,5 juta. Target tahun ini akan mencapai 55 juta dan akan terus naik. Sementara, sudah ada 30 juta merchant (UMKM) pengguna QRIS,” terang Dicky.
Baca juga: Marak QRIS Palsu, BI Bagikan Tips Agar Tak Jadi Korban
Dengan demikian, Dicky berani mengatakan kalau QRIS merupakan game changer untuk perekonomian Indonesia. Ini dikarenakan, banyak lapisan yang sudah bisa merasakan manfaat dari teknologi ini.
“Sekarang, kita semua bisa dikatakan sangat nyaman menggunakan transaksi QRIS. Ini menjadi game changer dalam perekonomian Indonesia,” Tutupnya.
Pada kuartal I 2024 lalu, BI mencatat total transaksi QRIS di Indonesia mengalami pertumbuhan mencapai 175,44 persen secara year on year (yoy). Sementara, nilai transaksi uang elektronik (UE) meningkat 41,70 persen (yoy) menjadi Rp253,39 triliun. (*) Mohammad Adrianto Sukarso