Jakarta – Kinerja penjualan eceran pada September 2024 diperkirakan tumbuh melambat secara bulanan dan tahunan. Berdasarkan survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI), hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2024 yang diperkirakan mencapai 210,5.
Angka tersebut tumbuh sebesar 4,7 persen yoy, lebih rendah dari Agustus 2024 yang tumbuh 5,8 persen yoy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menyebutkan kinerja penjualan eceran tersebut ditopang antara lain oleh kelompok bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 8,7 persen, serta suku cadang dan aksesori, dan subkelompok sandang masing-masing sebesar 4,2 persen dan 3,1 persen.
“Namun demikian, IPR kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat melambat dengan pertumbuhan sebesar 6,3 persen yoy sehingga menahan pertumbuhan IPR secara keseluruhan pada September 2024,” kata Ramdan dalam keterangannya, Rabu, 9 Oktober 2024.
Baca juga: Survei BI: Proporsi Pembayaran Utang Masyarakat Turun di September 2024
Secara bulanan, penjualan eceran diperkirakan terkontraksi 2,5 persen mtm, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,7 persen mtm.
Ramdan menjelaskan, kontraksi tersebut seiring dengan menurunnya permintaan masyarakat akibat berakhirnya program diskon yang diterapkan retailer pada event Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI).
“Penurunan terdalam terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta subkelompok sandang yang masing-masing terkontraksi 3,2 persen mtm dan 3,3 persen mtm, setelah pada bulan sebelumnya masing-masing tumbuh sebesar 1,7 persen mtm dan 1,3 persen mtm,” imbuhnya.
Baca juga: Penjualan Eceran di Agustus 2024 Diperkirakan Meningkat, Ini Pendorongnya
Adapun beberapa kelompok tumbuh positif dan menahan penurunan kinerja penjualan eceran yang lebih dalam yaitu suku cadang dan aksesori 1,2 persen, bahan bakar kendaraan bermotor 1,9 persen, perlengkapan rumah tangga lainnya 0,9 persen, dan peralatan informasi dan komunikasi 0,5 persen.
Lebih lanjut, dari sisi harga, tekanan inflasi 3 dan 6 bulan yang akan datang, yaitu pada November 2024 dan Februari 2025 diprakirakan menurun.
Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2024 dan Februari 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 134,3 dan 155,9, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 141,3 dan 166,7 didukung oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan barang yang mencukupi. (*)
Editor: Yulian Saputra