Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengaku nilai tukar rupiah pada saat ini sudah menunjukkan kondisi stabil dan mulai terus menguat, hal tersebut tercermin dari kepercayaan investor kepada rupiah yang dan kembali menanamkan modalnya.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara setelah menghadiri rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR-RI. Dirinya mengakui bahwa pada periode bulan April hingga Juni lalu negara emerging market telah mengalami dampak dari gejolak global, namun kondisi tersebut mulai membaik pada periode Juli tahun ini.
“Periode Juli ini sudah seimbang, kita lihat juga yield surat utang Amerika Serikat (AS) sekarang sudah di bawah 3 persen, kemudian yield surat utang pemerintah sekarang stabil,” kata Mirza di Kompleks DPR RI Jakarta Selasa 17 Juli 2018.
Baca juga: Usai Kenaikan Suku Bunga, BI Optimis Rupiah Menguat
Selain itu Mirza menyebut, kondisi dana asing yang telah membanjiri instrumen Surat Berharga Negara (SBN) pada bulan Juli ini dinilai semakin membuat rupiah akan semakin menguat. Dirinya berharap kondisi tersebut dapat berlanjut hingga akhir tahun.
“Kalau kita lihat sekarang sudah mulai inflow, berarti di comfortable dengan yield surat utangnya, dengan melihat nilai rupiahnya, dan investor lihat kalau dia masuk di level sekarang berarti dia ada ekspektasi ke depan rupiah akan stabil atau bisa lebih kuat,” tambah Mirza.
Sebagai informasi, berdasarkan data BI arus modal asing yang masuk ke pasar SBN sejak periode 2 Juli sampai 12 Juli 2018 telah mencapai Rp7,1 triliun. Dari angka tersebut umumnya investor asing yang masuk ke pasar SBN memiliki tenor jangka panjang diatas 10 tahun.
Sementara nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar AS (JISDOR), hari ini posisi mata uang Garuda bertengger di level Rp 14.391 per dolar AS, angka tersebut ? menguat tipis bila dibandingkan posisi kemarin yang masih di level Rp 14.396 per dolar AS.(*)