Poin Penting
- Transaksi digital Indonesia diproyeksi melonjak 4 kali lipat menjadi 160 miliar transaksi dengan nilai hampir Rp64.000 triliun pada 2030, didorong generasi muda dan percepatan adopsi digital.
- BSPI 2019–2025 menjadi game changer lewat QRIS, SNAP, dan BI-Fast, termasuk perluasan QRIS ke berbagai negara serta kebijakan yang pro-investasi dan mendorong elektronifikasi.
- BI menyiapkan BSPI 2025–2030 untuk memperkuat ketahanan sistem pembayaran, dengan fokus pada infrastruktur, industri, inovasi, internasionalisasi, dan rupiah digital.
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mensyukuri proses digitalisasi keuangan yang tengah berlangsung di dalam negeri. Perry Warjiyo, Gubernur BI, bahkan memproyeksi pertumbuhan transaksi digital akan melonjak 4 kali lipat dari tahun 2025.
“Prediksi kami, volume transaksi digital kita di tahun 2030 akan mencapai 160 miliar transaksi, dengan nilai hampir Rp64 ribu triliun. Peningkatan yang luar biasa,” kata Perry pada agenda Bulan Fintech Nasional (BFN), Rabu, 10 Desember 2025.
Sebagai gambaran, volume transaksi digital di Indonesia di 2025 ini hampir menyentuh 50 miliar transaksi. Adapun nilainya mencapai Rp79 ribu triliun. Pendorongnya tak lain adalah generasi muda yang semakin melek akan transaksi digital.
Baca juga: Transaksi Digital Naik 4 Kali Lipat, BI Tegaskan Pentingnya Keamanan Sistem Pembayaran
Hal ini juga dibarengi dengan inovasi-inovasi di sektor ini. Perry menyebut, Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2019-2025 menjadi game changer akan transformasi digital keuangan Indonesia.
“Perkembangannya luar biasa. Dari QRIS, SNAP, dan BI-Fast. Juga, bagaimana kami bersama industri membuat pengaturan yang pro-investment, juga elektronifikasi bantuan sosial transaksi keuangan daerah dan bahkan kerjasama internasional,” ungkap Perry.
QRIS, misalnya, yang sudah menjadi metode transaksi resmi di banyak negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. QRIS bahkan bisa digunakan di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan nantinya Tiongkok.
“Tentu saja, kemajuan-kemajuan pesat digitalisasi sistem pembayaran kita untuk mendigitalisasi ekonomi keuangan Indonesia yang inklusif, itu perlu kita terus dorong,” tambahnya.
Ke depan, BI sudah menyiapkan BSPI 2025-2030 yang bertujuan memperkuat ketahanan sistem pembayaran dalam negeri. Fokus utamanya meliputi infrastruktur, industri, inovasi, internasional, dan rupiah digital.
Baca juga: Transaksi Digital Bakal Tumbuh Pesat di 2025, Apa yang Harus Dilakukan Bank?
Sebagai penutup, Perry menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi untuk mendukung serta mendorong keuangan digital yang masih terus berkembang.
“Mari kita terus bekerja sama. Kunci yang utama adalah bersinergi. Hanya dengan sinergi itulah kita terus bisa dorong ekonomi keuangan digital nasional dan mendorong sistem pembayaran digital secara nasional,” tutupnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso










