Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang 2017 akan surplus sebesar US$10 miliar. Adapun sampai dengan kuartal III 2017 BI mencatat NPI mengalami surplus sebesar US$5,4 miliar, lebih tinggi dibanding surplus kuartal II 2017 sebesar US$700 juta.
“Surplus tahun ini sekitar US$10 miliar. Untuk 2018 diperkirakan tetap surplus namun di bawah US$10 miliar, sekitar US$5-7 miliar,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat, 17 November 2017.
Dalam beberapa tahun terakhir, NPI terus mencatatkan surplus, setelah pada 2015 menderita defisit US$1 miliar. Menurut Mirza, berlanjutnya surplus NPI tersebut menjadi indikator bahwa sampai saat ini ketahanan fundamental perekonomian Indonesia masih sangat kuat.
Namun demikian, pada akhir tahun 2017 dan sepanjang 2018, ketahanan ekonomi domestik akan didera oleh tekanan kembalinya arus modal asing dari dalam negeri, menyusul rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed dan pengurangan neraca The Fed, yang patut harus diwaspadai.
“Jadi kalau Indonesia bisa pertahankan inflasi yang rendah 2018. Kemudian juga defisit transaksi berjalan juga bisa di bawah 2,5 persen PDB 2018, maka kenaikan suku bunga di AS tidak akan berdampak banyak,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi transaksi berjalan, Mirza memperkirakan tahun ini masih defisit di bawah 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara pada tahun depan, kata dia, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan bisa meningkat menjadi kisaran di bawah 2,3 persen dari PDB.
Hal ini terjadi, lanjut dia, karena meskipun kinerja eskpor terus membaik, laju impor juga semakin kencang seiring dengan kebutuhan barang modal untuk menggenjot perekonomian, terutama pembangunan infrastruktur. (*)