Jakarta – Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi kebijakan pengendalian inflasi untuk mengembalikan posisi inflasi Indonesia ke rentang yang lebih rendah yaitu, 3% plus minus 1% di 2023 dan 2,5 plus minus 1% di 2024.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M. Juhro, mengatakan bahwa melalui langkah-langkah yang dilakukan BI pada kebijakan dari sisi supply maupun demand, dan berkoordinasi dengan beberapa pihak, menghasilkan inflasi Indonesia per November 2022 tercatat sebesar 5,42%.
“Sehingga, respon kebijakan dari sisi moneter tidak exhausted, inflasi inti nanti juga kita harapkan turun lebih awal itu bisa di bawah 4% dan juga dengan koordinasi itu akan dipastikan BI akan terus mengawal inflasi akan terus terkendali agar isu pada kesejahteraan masyarakat dapat diatasi,” ucap Solikin dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 di Jakarta, 5 Desember 2022.
Meski begitu, ia mengkhawatirkan adanya imported inflation yang dipicu oleh harga-harga komoditas yang tinggi dan akan mempengaruhi komponen harga dalam negeri, juga mempengaruhi harga fuel domestic price.
“Nah itu, kenapa pengelolaan stabilitas di rupiah ini melalui interfation, melalui operasional twist dan melalui penguatan-penguatan yang lain. Ini diupayakan untuk bisa mengatasi imported inflation,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa untuk mencegah imported inflation tersebut juga bisa melalui strategi komunikasi yang baik dengan menunjukan adanya kredibilitas kebijakan Bank Indonesia, sehingga nantinya mampu mendorong ekspektasi inflasi yang terus menurun.
“Tapi itupun ngga cukup, komponen inflasi tekanan dari sisi supply atau kebijakan dari sisi penawaran, kita telah melakukan strategi 4K untuk mengupayakan keterjangkauan harga, ketersedian pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif, ini semua ngga bisa dilakukan oleh suku bunga,” ujar Solikin. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra