BI Pede Kredit Perbankan Tumbuh di Atas 12 Persen, Ini Pendorongnya

BI Pede Kredit Perbankan Tumbuh di Atas 12 Persen, Ini Pendorongnya

Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan pertumbuhan kredit secara keseluruhan pada 2024 akan mencapai batas atas dari target. Adapun target BI di tahun ini berada di kisaran 10-12 persen.

Hal ini seiring dengan adanya tambahan kembali insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dalam mendukung penyaluran kredit perbankan.

Adapun, penguatan KLM diarahkan dapat segera memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp81 triliun sehingga total insentif menjadi Rp246 triliun. Dan pada akhir 2024 diprakirakan akan meningkat menjadi Rp280 triliun, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat.

Baca juga: Bank Mandiri Optimistis Bisnis Kartu Kredit Tetap Bisa Tumbuh di Tengah Gempuran Paylater

“Kami masih perkirakan dengan adanya tambahan KLM ini pertumbuhan kredit akan di batas atas, target kita kan 10 -12 persen full year akan mencapai batas atas, yakni di 12 persen,” ujar Juda dalam Taklimat Media, Senin, 3 Juni 2024.

Seperti diketahui, per April 2024 pertumbuhan kredit mencapai 13,09 persen. Pertumbuhan kredit perbankan tersebut didorong oleh  tingginya permintaan kredit perbankan dipengaruhi oleh sisi penawaran.

“Dari sektor riil permintaan kredit itu tumbuh cukup tinggi. Terlihat pertumuhan kredit di sektor korporasi sebesar 20,32 persen, artinya memang ada permintaan dari sektor riil untuk tumbuh,” ujar Juda.

Kemudian, juga didorong oleh sejalan dengan terjaganya appetite perbankan yang didukung oleh tingginya permodalan dan berlanjutnya strategi realokasi aset ke kredit oleh perbankan.

“Dari sisi banknya sendiri memang appetite-nya masih cukup tinggi dalam salurkan kredit, kelihatan dari landing standar yang masih longgar, suku bunganya juga tidak naik menunjukkan mereka memang punya appetite karena bisnis perbankan borrowing dan landing,” jelasnya.

Baca juga: Tokcer! Pertumbuhan Kredit Perbankan April 2024 Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir

Sehingga, kata Juda, momentum ini perlu dipertahankan dengan memberikan insentif KLM yang diterbitkan pada 1 Juni 2024. Di mana dalam kebijakan ini BI memperluas cakupan sektor prioritas KLM, yakni sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif dan ekonomi kreatif.

Kemudian, ada sektor tambahan lagi, yakni otomotif, perdagangan Listrik-Gas-Air Bersih (LGA), dan jasa sosial.

“Jadi ini diperlonggar kebijakan KLM-nya sehingga benar-benar upaya kita jaga momentum pertumbuhan ekonomi terjaga dengan baik,” ungkapnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News