Jakarta– Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19 menyiptakan keterbatasan mobilitas manusia yang membuat sarana digital banking semakin diminati oleh masyarakat.
Hal tersebut tercermin dari data bank sentral, yang mencatat hingga saat ini volume transaksi digital banking naik signifikan sebesar 37,8% (yoy). Selain itu, transaksi uang elektronik pun juga menguat 24,42% yoy. Sementara penggunaan kartu debit malah menurun 18,9% yoy.
“Di balik pandemi memang digitalisasi jadi pilihan model bisnis yang semakin diminati masyarakat. Dalam keterbatasan mobilitas manusia sarana digital jadi pilihan untuk transaksi keuangan,” kata Perry dalam webinar Infobank bertajuk ‘Traditional Bank Vs Challanger Banks in The Era Of Open Banking‘, Selasa, 29 September 2020.
Melihat perkembangan tren digitalisasi yang sangat cepat terjadi di sektor keuangan, Perry mengatakan, pihaknya menyadari akan kebutuhannya transformasi terhadap perbankan kearah digital dan open banking.
Oleh karena itu, pada Mei 2019, BI meluncurkan blueprint sistem pembayaran 2025 dalam upaya menyiapkan suatu kerangka untuk mengintegrasikan sistem keuangan di Indonesia melalui transformasi digital.
“Kami melakukan digitalisasi pembayaran untuk mengintegrasikan sistem keuangan di Indonesia. Bagaimana ini bisa menyambungkan dari pelaku usaha ke fintech dan lainnya secara end to end process,” ujarnya.
Selain itu, Perry juga mendorong perbankan untuk melakukan open banking sejak Mei 2019. Ia juga menegaskan, bahwa dalam menerapkan strategi open banking, harus bersifat strategic-driven dan juga berasal dari lapisan atas manajemen ke bawah (top-down).
Kemudian, Perry juga mengatakan, pihaknya akan fokus mewujudkan interlink antara perbankan dengan fintech melalui open banking dan open application programming interface (API). Juga, bagaimana melibatkan startup dalam mendorong inovasi dalam sektor perbankan dan memacu proses digitalisasi keuangan. (*)
Editor: Paulus Yoga