Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai ekonomi dan keuangan syariah (Eksyar) nasional memiliki potensi yang besar. Sehingga perlu adanya penguatan terhadap persepsi masyarakat maupun pelaku industri.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 mencatat literasi keuangan syariah nasional mencapai 43,42 persen, namun inklusi keuangan syariah tertinggal jauh yang hanya menyentuh 13,41 persen. Berbanding terbalik dengan literasi dan inklusi keuangan konvensional sebesar 80,51 persen dan 66,46 persen.
Kepala Departemen Ekonomi & Keuangan Syariah BI Imam Hartono menjelaskan, sejumlah masyarakat memandang bahwa produk-produk keuangan syariah lebih mahal dibandingkan produk keuangan konvensional.
Baca juga: BI Pangkas Target Pembiayaan Perbankan Syariah 2025 Jadi 8-11 Persen
Sehingga, Imam menyebut, lembaga keuangan syariah khususnya perbankan perlu menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Termasuk misalnya BI saat ini kita bersama dengan OJK itu saat ini mendorong produk baru namanya SRIA (Shariah Restricted Investment Account). Ini diharapkan menjadi salah satu dari cara tadi untuk menciptakan berbagai instrumen yang diharapkan oleh masyarakat,” ujar Imam dalam Taklimat Media, Rabu,4 Juni 2025.
Baca juga: Presiden Prabowo Restui Spin Off, UUS BTN Siap Beroperasi Jadi Bank Umum Syariah
Di samping itu, BI bersama OJK mendorong industri keuangan syariah untuk menciptakan bank-bank berbasis syariah, seperti Unit Usaha Syariah (UUS) untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan syariah nasional.
“Karena pelaku usaha syariah kita harus diperkuat, diperkuat supaya bisa survive, supaya saya bisa berdaya saing,” tandasnya. (*)
Editor: Galih Pratama










