Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyebutkan, implementasi program penggunaan biodisel 20 persen (B20) untuk public service obligation (PSO) dan non PSO, telah cukup memperbaiki angka defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan implementasi program B20 yang dilakukan pemerintah sudah cukup tepat dalam mengendalikan impor minyak dan gas (migas) yang masih tinggi. Meski belum terasa dampaknya, Dody menyebut, kebijakan tersebut telah menekan CAD sekitar 0,2%.
“Ini baru paruh jalan kita tidak bisa liat full impactnya, sekarang saja paling tidak telah memperbaiki CAD sekitar 0,1 persen hingga 0,2 persen,” kata Dody dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional, di Solo, Sabtu 17 November 2018.
Dody menambahkan, bilamana tidak ada upaya untuk menekan impor, maka defisit transaksi berjalan tidak akan membaik. Oleh karen itu, upaya pemerintah dalam mengendalikan impor menjadi pilihan utama salah satunya lewat penerapan B20.
“Kita bayangkan 80% dampak impor solar akan berkurang nantinya, itu punya dampak positif,” tambah Dody.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) pada triwulan III 2018 telah mencapai US$ 8,8 miliar atau sebesar 3,37 persen terhadap PDB. Angka tersebut terlihat melebar bila dibandingkan pada triwulan II yang mencapai US$ 8,0 miliar atau 3,02 persen terhadap PDB. (*)