BI tidak akan melakukan devaluasi pada rupiah, meski rupiah sudah berada dalam kondisi under value. Rezkiana Nisaputra
Bandung – Bank Indonesia (BI) menilai, kebijakan Tiongkok yang mendevaluasi (sengaja melemahkan) mata uangnya yakni Yuan, memang merupakan perang mata uang (currency war). Namun, currency war yang dilakukan Tiongkok ditujukan kepada Jepang.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Grup Pengelolaan Relasi BI, Arbonas Hutabarat, kondisi ekspor Tiongkok yang menurun membuat bank sentral China sengaja melakukan devaluasi pada Yuan. Ekspor yang menurun, dianggap sebagai faktor yang membuat perlambatan ekonomi.
“Ekspor China (Tiongkok) sekarang menurun. Itu yang menyebabkan China (Tiongkok) mendevaluasi mata uangnya,” ujar Arbonas, di Bandung, Sabtu, 5 September 2015.
Menurutnya, salah satu saingan Tiongkok dalam melakukan ekspor adalah Jepang yang sudah devaluasi mata uangnya hingga 30%. Adanya kondisi tersebut, Tiongkok dianggap merasa perlu melakukan pelemahan mata uangnya. “Sebenarnya dia sedang perang dengan Jepang. Jepang sudah devaluasi 30% dia baru 2%,” tukasnya.
Namun dia menegaskan, bahwa Indonesia tidak akan melakukan devaluasi mata uangnya, meski rupiah sudah berada dalam kondisi di bawah nilai yang sebenarnya (under value). “Gubernur BI bilang kita enggak ikut-ikutan currency war kan. Cuma kita kena imbas,” tutupnya. (*)