Poin Penting
- BGN menghentikan operasi dua dapur MBG di Cisarua, Bandung Barat, setelah insiden keamanan pangan menimpa 502 siswa SMP Negeri 1 Cisarua.
- Tim investigasi menemukan dugaan kontaminasi silang pada bahan pangan dan keterlambatan penghentian distribusi meski laporan KLB sudah diterima.
- Dua dapur MBG di bawah Yayasan TARBIQU diperintahkan memperbaiki higienitas dan sanitasi, serta wajib mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebelum beroperasi lagi.
Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) kembali menghentikan operasional dua dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cisarua, Bandung Barat.
Langkah tegas itu diambil setelah BGN menurunkan Tim Investigasi Independen bersama Kedeputian Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) untuk menindaklanjuti Kejadian Luar Biasa (KLB) insiden keamanan pangan yang menimpa siswa SMP Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Selasa lalu.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang mengatakan, BGN bergerak cepat menangani korban dan menelusuri sumber kejadian.
"Kami sangat menyesalkan insiden ini. Kami telah mengirim tim investigasi untuk memastikan penyebabnya dan memastikan seluruh penerima manfaat mendapatkan penanganan yang layak," kata Nanik, di Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2025.
BGN pun berkomitmen untuk memperkuat pengawasan keamanan pangan dalam setiap tahap pelaksanaan MBG, mulai dari pengadaan bahan, proses pengolahan, hingga distribusi makanan.
"Program MBG adalah bentuk tanggung jawab negara untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia. Karena itu, aspek keamanan pangan tidak bisa ditawar, dan harus menjadi prioritas utama," tegasnya.
Baca: KLB Keracunan MBG di Bandung Barat, Komisi IX DPR Minta Evaluasi Menyeluruh
Menurut Nanik, BGN akan terus memperkuat pembinaan dan pengawasan teknis di seluruh satuan layanan MBG.
"Kami pastikan standar kebersihan dan keamanan pangan diterapkan secara ketat agar kejadian serupa tidak terulang," ujarnya.
Temuan Tim Investigasi
Tim Investigasi Independen BGN telah mendatangi dua unit dapur MBG yang bertanggung jawab atas pendistribusian makanan, yakni SPPG Cisarua Jambudipa 1 dan SPPG Cisarua Pasirlangu. Keduanya berada di bawah naungan Yayasan Tarbiyatul Qur’an Cisarua (TARBIQU), pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Ketua Tim Investigasi Karimah Muhammad memaparkan, pada 14 Oktober 2025 sebanyak 115 siswa SMP Negeri 1 Cisarua mengalami gejala pusing, mual, dan muntah setelah mengonsumsi menu MBG dari SPPG Cisarua Jambudipa 1.
Hari itu, menu yang disajikan terdiri atas ayam black pepper, tahu goreng, tumis wortel brokoli, dan buah melon.
Keesokan harinya, 15 Oktober 2025, tujuh siswa dilaporkan mengalami gejala serupa. Tiga di antaranya merupakan penerima MBG dari SPPG Cisarua Jambudipa 1, sementara empat siswa lainnya menerima makanan dari SPPG Cisarua Pasirlangu yang menyajikan menu ayam yakiniku, edamame, tempura jamur tiram, dan semangka.
Baca juga: Serapan Lambat, Kemenkeu Awasi Ketat Penggunaan Anggaran BGN-Kementan
Hingga Rabu, 15 Oktober 2024 pukul 23.41 WIB, jumlah siswa terdampak insiden keamanan pangan di Cisarua, Bandung Barat, mencapai 502 orang.
Sebanyak 452 siswa telah dipulangkan dan menjalani rawat jalan, sementara 50 siswa lainnya dirawat inap. Pada Kamis, 16 Oktober 2025, jumlah pasien rawat inap berkurang menjadi 6 orang di RSUD Lembang.
Namun, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bandung Barat, pada Jumat, 17 Oktober 2025, tiga siswa yang sebelumnya telah dipulangkan kembali dirawat di RS Dustira.
“Jadi hari ini masih ada 9 orang yang dirawat inap,” kata Raniah Salsabila, anggota Tim Investigasi Independen BGN.









