Malaysia–Kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS dimanfaatkan oleh Jokowi untuk menyampaikan sejumlah isu strategis regional dan internasional, khususnya terkait dengan Indonesia. Pada kesempatan itu, Jokowi menyampaikan sedikitnya empat isu, yakni terkait Laut China Selatan, perubahan iklim, illegal fishing, hingga masalah kemajemukan dan moderasi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 ASEAN – Amerika Serikat pada Sabtu, 21 November 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Peratama, adalah terakait sejumlah masalah, dari Laut China Selatan. Jokowi menilai, kemitraan strategis ASEAN-Amerika Serikat (AS) yang sudah terjalin selama hampir 40 tahun menunjukkan semakin kokohnya hubungan ASEAN-AS. Kemitraan tersebut, menurut Presiden Jokowi, harus mampu berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan. Salah satunya adalah dengan menjaga agar kawasan Laut Cina Selatan harus tetap damai dan stabil. Untuk itu, Presiden berpendapat, semua pihak harus mencegah kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan tensi, mengutamakan mood of cooperation daripada mood of rivalries, menghormati hukum internasional dan kebebasan navigasi.
Hal kedua yang disampaikan Presiden masih terkait kemitraan ASEAN-AS adalah perlunya peningkatan kerjasama penanganan perubahan iklim. “Kemitraan ASEAN-AS perlu diarahkan pula untuk pencapaian komitmen masing-masing Negara terhadap isu perubahan iklim,” kata Presiden Jokowi.
Ketiga, Jokowi menyampaikan bahwa COP 21 di Paris harus sukses, disamping komitmen setiap negara perlu dikedepankan.Pada kesempatan ini, Jokowi kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk mengurangi 29% emisi di bawah business as usual pada 2030. “Pengurangan dapat mencapai 41% dengan kerja sama internasional,” ujar dia.
Kempat, terkait masalah Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU Fishing), Jokowi berharap kemitraan ASEAN-AS ini dapat ditujukan bagi pemberantasan IUU Fishing. Jokowi menjelaskan, bahwa Indonesia yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan, akibat IUU, selama bertahun-tahun mengalami kerugian sebanyak 3 juta ton ikan atau senilai Rp300 triliun hilang setiap tahunnya.
“IUU Fishing terbukti pula berkaitan dengan drugs trafficking, people smuggling, slavery dan kejahatan trans-nasional lainnya,” tegas Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menyerukan pentingnya menanamkan nilai-nilai kemajemukan, toleransi, dan moderasi. Untuk itu, Jokowi juga mendorong kerjasama peningkatan kerjasama guna memerangi aksi terorisme dan ekstrimisme.
Terakhir, Presiden menyampaikan apresiasi atas dukungan AS terkait prakarsa Indonesia mengenai draft EAS Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation. “Bersama kita upayakan agar draft tersebut dapat disetujui semua Negara EAS,” imbuh dia.(*) Ria Martati