Jakarta – Pemulihan yang sedang berjalan harus tertahan akibat merebaknya varian baru dari virus Covid-19. Aktivitas ekonomi yang sudah terakselerasi di awal tahun 2021 kini harus bersiap menghadapi kondisi yang sama seperti di tahun 2020 ketika pembatasan mobilitas masyarakat diberlakukan dan berimbas kepada tekanan ekonomi. Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan terdalam baik untuk pasar domestik maupun di pasar global.
Berdasarkan kajian yang disusun oleh IEB Institute, sektor TPT berperan penting terhadap perekonomian Indonesia melalui kontribusinya kepada PDB, ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi Sektor TPT Indonesia terhadap total PDB nasional tahun 2020 sebesar 1,21% (dari 1,26% pada 2019), sedangkan kontribusi ekspor TPT terhadap total ekspor turun menjadi 6,12% di 2020 (dari 7,15% pada 2019). Dari sisi total tenaga kerja (TK) sektor TPT berada pada kisaran 3 juta pekerja yang mencakup sekitar 2-3% dari total TK Indonesia.
Dalam kacamata ekspor Industri TPT tertekan dari 3 sisi baik dari sisi permintaan, suplai dan distribusi diantaranya akibat kelangkaan kontainer yang mendorong kenaikan harga. Sepanjang tahun 2020 ekspor TPT hanya senilai USD10,55 miliar, turun (-17,7% yoy) dari tahun 2019. Penurunan tersebut terjadi di berbagai produk yaitu segmen benang (-27,3% yoy), kain (-15,7% yoy) dan pakaian jadi (-15,1% yoy).
Kontribusi penurunan terbesar berasal dari penurunan pakaian jadi yang memiliki porsi 66% dari total ekspor TPT Indonesia. Tekanan terhadap industri TPT setidaknya masih terjadi hingga paruh pertama tahun 2021. Kinerja TPT sedikit terbantu oleh adanya permintaan APD untuk keperluan penanganan COVID 19. Namun permintaan terhadap APD tersebut tidak cukup besar untuk menutupi turunnya penjualan produk produk TPT secara keseluruhan.
Dari data penjualan ekspor, ekspor per tahun untuk setiap individu eksportir yaitu nilai penjualan ekspor per tahun dapat terlihat bahwa eksportir menunjukkan survival mode yang berbeda dari setiap eksportir.
Eksportir kelas besar atau korporasi didukung jejaring yang kuat di pasar ekspor. Sementara itu sejumlah eksportir kelas menengah mengalami penurunan penjualan yang signifikan dan pada gilirannya menyebabkan mereka turun kelas. Eksportir TPT kelas kecil paling merasakan dampaknya sehingga beberapa eksportir harus keluar dari pasar ekspor. Sebaliknya terdapat sejumlah eksportir yang adaptif yang mampu merespon kebutuhan produk TPT di masa pandemi sehingga penjualan ekspornya ekspansif.
Salah satunya adalah CV Pria Tampan per Agustus 2021, UKM berorientasi ekspor batik asal Solo ini mampu melakukan pengiriman kain batik ke luar negeri senilai USD467 ribu, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya dengan nilai ekspor yang mencapai USD463 ribu. Selama 3 tahun terakhir, mayoritas negara tujuan dari UKM asal Solo ini adalah Kanada dan Amerika Serikat. Bulir-bulir putih yang timbul pada kain batik yang berasal dari proses pewarnaan kain merupakan ciri khas yang membuatnya diminati oleh pasar mancanegara.
“Saat ini, kita yang baru memulai atau sudah lama menjalankan bisnis, dihadapkan pada situasi yang kurang lebih sama yaitu pandemi COVID-19. Sehingga sangat penting untuk tetap optimis dan memiliki pola pikir positif bahwa kita dapat melewati situasi saat ini. Mau tidak mau harus lebih jeli dalam memanfaatkan segala peluang yang ada, sekecil apapun itu. Selain itu, kita juga harus memanfaatkan segala bantuan yang diberikan Pemerintah seperti saya juga telah memanfaatkan program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) UKM dari LPEI. Bantuan tersebut sangat membantu kita dalam menjalankan usaha khususnya ditengah situasi seperti ini,” ujar Andri Setyawan, CEO dari CV Pria Tampan. (*)