Jakarta — Badan Ekonomi Kreatif (beKraf) dan PT Indonesia International Expo (IIE) menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Penandatanganan MoU ini dilakukan Kepala BeKraf, Triawan Munaf serta Direktur IIE, Teddy Surianto dan Ishak Chandra.
Triawan menyatakan, ekonomi kreatif menyimpan potensi yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain menciptakan lapangan kerja, ekonomi kreatif juga mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional melalui karya-karya pelaku industri ekonomi kreatif di berbagai subsektor. Menurutnya, tugas beKraf mengangkat dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan agar dapat menjadi andalan perekenomian Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan mitra-mitra pemerintah yang memiliki visi yang sama yang menyediakan ruang bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk berkarya dan berniaga.
Tahun lalu, BeKraf menggelar Temu Kreatif Nasional 2015 dan Dialog Komunitas Kreatif yang dihadiri Presiden Joko Widodo di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City. Presiden waktu itu menulis pesan bahwa “era ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia”.
Penandatangan MoU antara BeKraf dan Indonesia International Expo disaksikan oleh CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, Komisaris Kompas Gramedia Irwan Oetama, Komisaris Medialand Emmanuel Ernawan, CEO Sinarmas Land Michael Widjaja dan para pejabat di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.
CEO Kompas Gramedia, Lilik Oetama mengatakan, Kompas Gramedia mendukung ICE menjadi katalisator pembangunan ekonomi Indonesia dengan memberi ruang kepada UMKM dan pelaku ekonomi kreatif.
“Kami mendukung inisiatif Badan Ekonomi Kreatif mengembangkan potensi industri kreatif yang memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kreatif berkembang sangat besar di era digital dan mengandalkan kreativitas dan iptek, tapi sedikit sekali menghabiskan kekayaan alam. Yang banyak dibutuhkan dalam industri kreatif adalah kreativitas dan daya cipta,” kata Lilik.
“Industri kreatif sangat relevan menyongsong era digital, yang berkembang sangat cepat. Di antaranya bidang perfilman, animasi, pemberitaan, fashion dan kuliner. Bidang-bidang ini mampu memberikan efek ganda untuk mendukung industri pariwisata, termasuk perhotelan dan MICE,” tambah Lilik.
Lilik berharap penandatanganan ini merupakan langkah awal dan menjadi payung bagi beKraf dan ICE untuk bergerak lebih sinergis di masa mendatang. Dengan demikian, akan tercipta peluang-peluang kerja sama. Perputaran ekonomi dan bisnis kreatif diharapkan lebih kencang. “ICE akan mengakomodir insiatif pameran dan pusat bagi tumbuh-kembangnya industri kreatif,” kata Lilik.
MoU antara ICE dan BeKraf ini mengakomodir kegiatan-kegiatan pengembangan industri kreatif secara lembaga dan secara sistem. Salah satu kegiatan yang dalam waktu dekat diselenggarakan adalah Pekan Raya Indonesia (PRI). “ICE mengalokasikan ruang pameran untuk mendukung UMKM dan ekonomi kreatif. Dalam PRI, BeKraf dapat menampilkan contoh-contoh industri kreatif yang sudah berhasil,” kata Lilik, yang berharap ICE dapat menjadi pusat ekonomi kreatif di Indonesia.
Teddy Surianto menambahkan, Kompas Gramedia memiliki Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang sudah mengembangkan industri kreatif, yang berkaitan dengan bisnis digital perusahaan startup dan lainnya. “UMN akan secara berkala menampilkan contoh produk perusahaan-perusahaan “startup” yang dikembangkan,” kata Teddy.
Sementara Ishak mengungkapkan, IIE merasa bangga sekaligus gembira dapat bekerja sama dengan Bekraf karena Indonesia memiliki beragam potensi ekonomi kreatif yang sangat layak untuk didukung dan dipromosikan di ICE BSD City. Melalui kerja sama ini, tambah Ishak, pintu akses akan dibuka selebar-lebarnya sebagai salah satu akses para pelaku ekonomi kreatif, sehingga ICE BSD City diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan promosi di bidang ekonomi kreatif yang berkualitas di tingkat nasional dan internasional.
ICE yang berlokasi di BSD City, Tangerang, merupakan gedung konvensi dan ekshibisi terbesar di Asia Tenggara dengan luas 117.257 meter persegi. Group CEO Sinarmas Land, Michael Widjaja menungkapkan sejalan dengan visi untuk membangun masa depan, melalui ICE BSD City, Sinar Mas Land dapat berkontribusi menjadi pusat masa depan industri kreatif Indonesia berkelas internasional. (*)