Jakarta – Fenomena berkembangnya perusahaan startup ditanah air, ternyata menjadi sasaran tersendiri bagi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk diajak mencatatkan sahamnya di pasar modal. Terutama perusahaan startup yang dirasa telah mumpuni secara finansial seperti Gojek.
Akan tetapi, sejauh ini perusahaan-perusahaan startup tersebut masih ragu-ragu untuk melantai di pasar modal. Pasalnya masih banyak yang merugi.
Menanggapi hal tersebut Direktur Utama BEI, Tito Sulistio menegaskan, perusahaan merugi sekalipun tetap bisa melakukan penawaran umum saham perdana lewat mekanisme initial public offering (IPO), selama perusahaan tersebut memang memiliki proyeksi kinerja yang bagus.
Namun saat dicatatkan, perusahaan merugi tersebut nantinya akan masuk ke dalam papan pengembangan.
“Pasar modal lihat ke depan dan kalau diminta proyeksinya harus ada, masa enggak ada proyeksi,” kata Tito di Gedung BEI Jakarta, Selasa, 20 Febuari 2018.
Kendati tercatat di papan pengembangan, lanjut Tito, tidak sedikit perusahaan masuk bursa menjadi besar.
Baca juga: BEI Targetkan 35 Perusahaan IPO di 2018
Sehingga, lanjut Tito, perusahaan sekelas Gojek tetap bisa mencatatkan namanya di papan bursa. Mengingat Gojek merupakan perusahaan startup yang sangat berpotensi menjadi perusahaan besar jika go public, seiring suntikan modal yang diterima perusahaan rintisan Nadiem Makarim itu dari sejumlah perusahaan besar.
” Investor beli apa kalau enggak ada proyeksi dan nett tangible asset Rp5 miliar, pasti bisa gojek,” jelas Tito.
Menurutnya, sejauh ini pihaknya tengah berusaha mengatur waktu bertemu dengan perusahaan transportasi daring (online) itu guna membicarakan lebih lanjut terkait rencana IPO. Ditengah rencana BEI untuk mengadakan workshop dengan sejumlah perusahaan startup.
“Saya sedang berusaha mengatur waktu ketemu mintanya kemarin. Tapi kan itu ditangan emiten, dia maunya kapan, dia punya itungan sendiri. Tanggal 20 akan ada kumpul startup di sini,” tutup Tito. (*)