Poin Penting
- Laba bersih TUGU turun 29,2% menjadi Rp594,82 miliar akibat penyajian ulang laporan keuangan sesuai standar baru PSAK 117.
- Hasil investasi naik 21% YoY menjadi Rp509,05 miliar, menunjukkan portofolio investasi tetap solid di tengah pasar fluktuatif.
- Total aset dan ekuitas tumbuh masing-masing 19,7% dan 4,4%, menandakan posisi keuangan TUGU tetap kuat meski ada penyesuaian akuntansi.
Jakarta – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) mencatatkan laba bersih sebesar Rp594,82 miliar hingga akhir September 2025. Capaian ini didorong oleh kinerja positif dari sisi underwriting, hasil investasi, hingga kontribusi anak usaha.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian unaudited yang dipublikasikan pada pekan lalu, laba bersih TUGU Januari-September 2025 turun 29,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, dalam laporan tersebut, TUGU melakukan penyajian kembali atau restated laba kuartal III-2024 berdasarkan PSAK 117.
Setelah penyajian ulang, laba bersih periode yang sama tahun lalu tercatat Rp840,45 miliar, sementara laporan sebelumnya menunjukkan Rp552 miliar.
Baca juga: Tugu Insurance Sabet Dua Penghargaan Prestisius dari The Finance
Analis Trimegah Sekuritas, Kharel Devin F menilai, penurunan laba anak usaha Pertamina ini disebabkan oleh penerapan PSAK 117 di industri asuransi. Menurutnya, bukan hanya TUGU, tetapi sejumlah perusahaan asuransi lain juga mengalami hal serupa.
“PSAK 117 membuat penyajian laporan keuangan industri asuransi lebih kompleks. Secara nominal, hasil jasa asuransi terlihat menurun, tetapi hal itu lebih disebabkan oleh pergeseran cara pencatatan pendapatan dan beban, bukan penurunan kinerja operasional,” kata Kharel.
Pendapatan dan Investasi Tumbuh Positif
Bila dibedah lebih dalam, TUGU melaporkan pendapatan jasa asuransi mencapai Rp5,97 triliun, dengan hasil jasa asuransi sebesar Rp682,63 miliar, turun 31,8 persen secara tahunan (YoY). Penurunan ini terjadi seiring penyesuaian pengakuan pendapatan dan beban sesuai PSAK 117.
Sementara itu, hasil investasi TUGU naik sekitar 21 persen YoY menjadi Rp509,05 miliar. Perseroan juga mencatat pendapatan usaha lainnya Rp390,94 miliar, terutama dari anak usaha di bidang manajemen risiko dan layanan asuransi.
Secara konsolidasian, total aset TUGU mencapai Rp32,12 triliun dan ekuitas Rp10,93 triliun, masing-masing naik 19,7 persen dan 4,4 persen dibanding posisi akhir Desember 2024.
Baca juga: Tugu Insurance Perkuat Fundamental, Raih Laba Rp594,82 Miliar hingga Kuartal III-2025
Kharel menambahkan, perubahan tersebut justru meningkatkan transparansi dan konsistensi laporan keuangan di industri asuransi.
“Dalam konteks valuasi, TUGU masih menunjukkan posisi keuangan yang kuat dengan pertumbuhan aset dan ekuitas yang sehat,” ujarnya.
Ia menyebut peningkatan hasil investasi menjadi faktor utama yang menarik dari kinerja TUGU pada Kuartal III ini. Maklum, aset investasi TUGU terus meningkat hingga tercatat Rp12,23 triliun pada akhir September 2025.
“Perusahaan berhasil menjaga portofolio investasi di tengah pasar obligasi yang fluktuatif. Jika tren ini berlanjut, kinerja hingga akhir tahun masih berpotensi sejalan bahkan dengan tahun lalu,” kata Kharel.
Sekilas tentang PSAK 117
PSAK 117 – Kontrak Asuransi menggantikan PSAK 104 (d/h PSAK 62) yang sebelumnya digunakan industri asuransi. Standar baru ini mengatur pengakuan pendapatan berbasis insurance service result dan memperkenalkan komponen baru, yaitu Contractual Service Margin (CSM) — bagian dari liabilitas kontrak yang mencerminkan laba masa depan yang akan diakui bertahap selama periode pertanggungan.
Baca juga: TUGU Punya Ekosistem Lengkap dan Terintegrasi, Begini Prospeknya di Masa Transisi PSAK 117
Secara sederhana, CSM adalah keuntungan masa depan dari kontrak asuransi yang belum boleh diakui langsung, tetapi disimpan sementara di neraca, lalu diakui secara bertahap sebagai laba seiring berjalannya masa pertanggungan. (*)










