Jakarta – PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang 2024. Indikator kinerja keuangan bank, seperti aset, pembiayaan, laba dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh double digit tahun lalu.
Pada Desember 2024, bank syariah yang merupakan anak usaha Bank Central Asia (BCA) ini meraup laba bersih Rp183,7 miliar atau tumbuh 19,5 persen secara tahunan/year-on-year (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp153,8 miliar.
BCA Syariah membukukan total aset Rp16,6 triliun atau tumbuh 15,0 persen. Kenaikan aset BCA Syariah ditopang oleh penyaluran pembiayaan Rp10,7 triliun atau naik 18,9 persen dan pertumbuhan DPK 20,3 persen atau menjadi Rp13,2 triliun. Secara rinci, kenaikan DPK ini didorong pertumbuhan seluruh produk BCA Syariah, baik tabungan, giro maupun deposito.
Baca juga: Melalui Fitur bluRDN, BCA Digital Mudahkan Nasabah Investasi di Pasar Modal
Tabungan BCA Syariah tumbuh 21,0 persen menjadi Rp2.471,6 triliun dan giro tumbuh 17,9 persen menjadi Rp2.511,1 triliun. Peningkatan kedua produk ini mendorong kenaikan CASA bank sebesar 19,4 persen, atau menjadi Rp4.982,6 triliun. Sementara, deposito BCA Syariah tumbuh 21,0 persen menjadi Rp8.193,6 triliun.
“BCA Syariah meluncurkan new mobile banking BSya pada Agustus 2024, sebagai salah satu insiatif strategis dalam menghimpun CASA. Dalam pengembangan BSya, kami fokus pada fitur sesuai masukan-masukan nasabah,” ungkap Yuli Melati Suryaningrum, Presiden Direktur BCA Syariah, di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.
Yuli menambahkan kinerja solid BCA Syariah didorong oleh kemampuan perusahaan untuk mengakselerasi teknologi dan layanan yang didukung oleh pengelolaan sumber daya manusia dan manajemen risiko yang baik.
BCA Syariah juga mampu menjaga rasio keuangan bank dengan cukup baik. Rasio FDR berada di posisi 81,3 persen atau naik 1 persen dari tahun sebelumnya 82,3 persen. Rasio yang mencerminkan efisiensi aktivitas operasional bank atau BOPO berada di posisi 79,6 persen, naik 1 persen dari tahun sebelumnya di posisi 78,6 persen. ROA dan ROE bank masing-masing tercatat 1,6 persen dan 5,9 persen.
Sedangkan, kualitas pembiayaan bank mengalami kenaikan. Terlihat dari rasio pembiayaan bermasalah atau NPF Gross sebesar 1,54 persen naik dari posisi tahun sebelumnya di angka 1,04 persen. Sedangkan, NPF Nett 0,33 persen, tercatat naik dari posisi tahun sebelumnya di angka 0,01 persen.
Baca juga: BCA Syariah Perdalam Model Bisnis Bullion Bank
Target Pembiayaan BCA Syariah 2025
Sepanjang 2024, komposisi penyaluran pembiayaan BCA Syariah didominasi oleh pembiayaan komersial sebesar Rp7,4 triliun atau tumbuh 17 persen. Lalu yang kedua pembiayaan konsumer Rp1,4 triliun atau tumbuh 74,7 persen dan pembiayaan UMKM Rp1,8 triliun atau naik 0,3 persen.
Yuli menuturkan, pembiayaan konsumer BCA Syariah, yang meliputi KPR iB, KKB iB dan Emas iB, mencatatkan pertumbuhan tertinggi dibanding pembiayaan bank lainnya. Di antara produk konsumer BCA Syariah tersebut, pembiayaan emas iB tumbuh paling tinggi 198,6 persen mencapai Rp153 miliar, diikuti pembiayaan KPR iB tumbuh 73,4 persen mencapai Rp1,2 triliun.
“Kami menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13 persen hingga 15 persen tahun 2025. Fokus utama kami tetap pada pembiayaan konsumer, namun tanpa mengabaikan pertumbuhan pembiayaan komersial dan SME. Kami akan menjaga keseimbangan dalam penyaluran pembiayaan,” ujarnya. (*) Ayu Utami