Transaksi jual beli online menyimpan potensi transaksi hingga US$25 miliar. Mandiri dan BCA siap membidik potensi fee based dari transaksi online. Strateginya? Ria Martati.
Jakarta– Menjamurnya transaksi electronic commerce ( e-commerce) mulai dilirik bank yang mengincar fee based income (FBI) dari tingginya transaksi. Hal ini tak mengherankan mengingat potensi bisnis jual beli online yang menggiurkan.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, peningkatan rata-rata pengguna internet per tahun mencapai sekitar 23,6%. Pada 2005, jumlah pengguna internet mencapai sekitar 16 juta pengguna menjadi 88,1 juta pengguna di 2014 Dari jumlah tersebut, sekitar31,5% diantaranya telah beraktifitas di sektor perdagangan.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan, pada 2014 nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$12 miliar atau sekitar Rp130 triliun. Sementara berdasarkan data Asosiasi E-Commerce Indonesia, pada 2016 jumlahnya diprediksikan menjadi US$25 miliar atau sekitar Rp295 triliun. Angka ini merupakan gambaran dari potensi pasar yang bisa digarap perbankan.
Meningkatnya transaksi jual beli online itu otomatis menjadi madu bagi para penyedia jasa pembayaran, tak terkecuali bank- bank besar yang mulai berkompetisi menjadi yang terdepan dalam merebut pangsa dari transaksi jual beli online. PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) misalnya, hari ini, 30 November 2015 meluncurkan e-Shopping Carnival yang diadakan pada 8-10 Desember 2015 untuk membidik potensi e-commerce. Tak tanggung-tanggung, BCA menyediakan solusi pembayaran bagi pemegang kartu dari empat acquirer yaitu Visa, MasterCard, JCB, dan American Express. Para pemegang kartu dari empat acquirer tersebut seluruhnya dapat menikmati benefit khusus berupa potongan sebesar Rp50 ribu untuk setiap transaksi dan discount 50% untuk transaksi tertentu sesuai dengan jenis kartu pembayaran yang diterima di masing-masing website merchant yang berpartisipasi.
Head Of Business Consumer Card BCA, Santoso mengaku, langkah ini dilakukan untuk mendorong industri e-commerce, mengingat transaksi kartu secara face to face mulai menurun. Sebaliknya, transaksi kartu melalui e-commerce dalam tren meningkat. Hingga Oktober 2015, transaksi dari e-commerce telah mencapai Rp4,5 triiun, dan hingga akhir tahun diharapkan dapat menembus Rp5 triliun. Angka itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding akhir tahun lalu yang mencapai Rp2,2 triliun. Santoso menambahkan, dibukanya infrastruktur payment gateway bagi pemegang kartu kredit bank manapun asal berlogo Visa, MasterCard, JCB, dan American Express dapat mendorong e-commerce.
“Tujuan ini buka untuk semua kartu di Indonesia yang berlogo itu semua, untuk menunjang infrastruktur payment gateway. Kalau industri berkembang kami sebagai market leader juga berkembang,” kata Santoso.
Strategi tersebut membuka kesempatan bagi pemegang kartu kredit bank manapun dan itu akan menarik nasabah terutama penggemar e-commerce untuk bertransaksi melalui payment gateway dari BCA. Dengan demikian makin deras juga fee based income yang masuk ke BCA.
Kendati tak mau menyebut berapa target fee based-nya, Santoso mengatakan BCA akan mendapat fee based dari selisih interchange dan merchant discount rate.
Dengan membuka kesempatan bagi pemegang kartu Visa, MasterCard, JCB dan American Express untuk menngunakan payment gateway dari BCA, menurut Santoso juga dapat mendorong ekspor. Karena, transaksi dapat dilakukan oleh pemegang kartu dari seluruh dunia.
Meski ini masih program promo, namun ia tak menampik rancana ke depannya tak hanya menyasar merchant toko online besar. BCA juga akan membidik toko online kecil-kecilan dengan platform yang lain. Menurut Santoso, target fee based dalam promo ini tidak ada, pasalnya ini merupakan langkah edukasi agar semua kartu di industri bisa menggunakan payment gateway BCA untuk transaksi e-Commerce. “Gak ada satu nilai tertentu karena yang kita harapkan adalah bagaimana semua kartu di industri dengan platform ini bisa melakukan transaksi itu dan e-commerce-nya menggunakan payment gateway yang kita kerjasama dengan merchant ini,” tukas dia.
Langkah membuka payment gateway bagi pemegang kartu empat acquiring company itu sedikit lebih maju ketimbang PT Bank Mandiri, Tbk (bank Mandiri) yang baru menyiapkan segala infrastrukturnya untuk merebut ceruk bisnis e-commerce. Sedikit berbeda, Mandiri berambisi uang elektroniknya (E-Cash) dapat digunakan sebagai mata uang universal bagi seluruh transaksi pembayaran e-commerce. E-Cash melalui anak usahanya, Mandiri Manajemen Investasi akan dikembangkan menjadi satu-satunya alat pembayaran transaksi e-commerce.
“Harapannya nanti, e-cash itu bukan hanya sebagai phone to phone platform, tapi mesti bicara tim gateway, arahnya memang universal payment platform untuk e-commerce transaction. Uang virtual kan belum ada switching-nya. Jadi di-cash on dulu, baru transfer bank ke bank. Kalau
sudah ada single currency yang bisa diterima oleh e-commerce provider, nanti bisa dipake buat payment macem-macem,” tandas Kartiko Wirjoatmodjo, Direktur Keuangan Mandiri belum lama ini.
Untuk mengembangkan dan mengais pendapatan dari e-commerce, Mandiri juga temgah mengincar perusahaan e-commerce di bidang payment sustem. Baik Mandiri maupun BCA kini tengah berlomba membidik fee based dari transaski jual beli online yang potensinya sangat besar. (*)