Jakarta – Kondisi ekonomi Indonesia diproyeksi akan tetap resilien di tengah tahun politik. Meski begitu, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi bagi perekonomian di tahun politik.
Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao mengungkapkan, menjelang pemilihan umum (Pemilu) investor akan cenderung bersikap wait and see. Hal tersebut tentu berdampak pada investasi yang masuk ke tanah air ketika tahun politik.
“Sebagian besar investor lebih suka menunggu, melihat bagaimana pemilihan berlangsung, siapa kandidat yang mendaftar. Mereka ingin mendengar apa yang dikatakan para kandidat. Jadi menjelang pemilu, mereka umumnya menjadi lebih banyak ditahan,” kata Radhika dalam Media Briefing Bank DBS, Jumat 7 Juli 2023.
Menurutnya, investasi asing tidak akan melambat, namun pertumbuhannya akan datar atau flat. Investor pada umumnya akan melihat apa yang akan terjadi dari hasil pemilu.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Research DBS Group Maynard Arif menjelaskan stabilitas politik di masa pemilu sangatlah penting dalam menjaga ekonomi. Menurut dia, Indonesia memiliki stabilitas politik yang terjaga, tercermin dari kondisi pemilu di tahun-tahun sebelumnya.
Maynard pun menilai, investor cenderung akan pasif selama masa pesta demokrasi berlangsung. Sentimen utama yang akan mempengaruhi sikap investor, yakni program yang dicanangkan kandidat calon presiden.
“Biasanya pemilu Indonesia cukup stabil, keseluruhan investor lebih istilahnya pasif saja sambil tunggu pemilu selesai. Jadi nggak terjadi outflow atau arus balik ketika pemilu,” jelas Maynard.
Di sisi lain, Maynard berharap kondisi pasar saham Indonesia saat tahun politik tetap berada dalam zona positif. Mengingat dalam tiga pemilu terakhir, IHSG berada di zona positif baik sebelum dan sesudah pemilu berlangsung. (*)
Editor: Galih Pratama