Poin Penting
- ASBISINDO menargetkan pangsa pasar perbankan syariah naik dari 7,7 persen menjadi 20 persen, sejalan dengan rata-rata global.
- Asbisindo mengusung strategi Winning Proposition untuk menjadikan perbankan syariah sebagai solusi keuangan yang adil dan transparan
- Tiga pengembangan utama yakni Cash Waqf Linked Deposit (CWLD), Sharia Restricted Intermediary Account (SRIA), dan Bullion Bank guna mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan.
Jakarta – Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) berharap pangsa pasar bank syariah naik jadi 20 persen. Kondisi tersebut akan membuat pangsa pasar bank syariah di Indonesia setara dengan negara-negara lain. Saat ini pangsa pasar bank syariah di Indonesia baru sekitar 7,7 persen.
Menurut Anggoro Eko Cahyo, Ketua Umum Asbisindo, perbankan syariah rata-rata tumbuh di atas industri bank. Secara global, aset keuangan syariah naik sekitar 10 persen per tahun dengan rata-rata pangsa pasar sekitar 20 persen.
“Ruang tumbuh bank syariah di Indonesia masih cukup lebar bisa tiga kali lipat dari posisi saat ini,’’ kata Anggoro yang juga Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada Sarasehan Asbisindo yang digelar di sela event Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) 2025 yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Surabaya.
Data OJK per Desember 2024 menunjukkan perbankan syariah nasional mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun 2024. Total aset tercatat sebesar Rp980,30 triliun atau tumbuh sebesar 9,88 persen yoy pada Desember 2024 dengan market share tercatat naik menjadi 7,72 persen.
Lebih jauh dia menjelaskan tahun ini merupakan momentum besar bagi perkembangan ekonomi syariah nasional, sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto bahwa pengembangan ekonomi syariah menjadi pilar kedua agenda pembangunan nasional.
Baca juga: OJK Terbitkan Dua Aturan Baru Bank Syariah, Ini Isinya
“Artinya, system ekonomi yang berlandaskan keadilan, etika, dan kesejahteraan bersama bukan hanya nilai moral, tetapi juga strategi pertumbuhan ekonomi nasional yang telah dicantumkan juga di dalam Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RPJPN) 2025-2045,” imbuh Anggoro.
Kata Anggoro, dukungan dan stimulus dari Pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi syariah sudah sangat baik. Mulai dari penetapan pilar pertumbuhan ekonomi nasional, blueprint ekonomi syariah Indonesia, Masterplan Industri Halal 2023–2029, pembentukan Komite Nasional Pengembangan Keuangan Syariah.
“Dan yang terbaru adalah penerbitan berbagai regulasi strategis termasuk yang terakhir POJK tentang Kegiatan Usaha Bullion, yang membuka peluang besar bagi bank syariah untuk masuk ke ekosistem emas nasional,” jelasnya.
Strategi Winning Proposition
Untuk percepatan pertumbuhan industri bank syariah, Asbisindo merumuskan strategi Winning Proposition: Perbankan Syariah sebagai Solusi Keuangan yang Adil dan Transparan. Winning proposition selaras dengan Asta Cita Pemerintah dan nilai syariah/maqashid syariah yang menjadi unique value perbankan syariah.
Keselerasan ini dielaborasi melalui berbagai aspek diantaranya mendorong industrialisasi inklusif dan hilirisasi produktif yang memiliki added value, membangun daya saing ekosistem halal di pasar global dan optimalisasi peran desa untuk Indonesia melalui pemerataan ekonomi berbasis syariah.
Selanjutnya, ASBISINDO juga siap ambil bagian melalui pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai instrumen keuangan syariah yang bisa diimplementasikan melalui produk yang kompetitif agar menjadi pilihan masyarakat.
Perbankan syariah membutuhkan dukungan kebijakan yang memungkinkan untuk akselerasi pertumbuhan industri termasuk di antaranya dukungan kebijakan perpajakan.
“Saat ini bank syariah memiliki beberapa alternatif pengembangan instrumen keuangan yang membutuhkan dukungan kebijakan agar lebih diminati masyarakat,” kata Anggoro.
Baca juga: Akselerasi Ekonomi Syariah Terus Digenjot, KNEKS Kolaborasikan Semua Ekosistem
Tiga Pengembangan Insutrumen Keuangan Syariah
Ada tiga alternatif pengembangan instrumen keuangan syariah, yakni pertama Cash Waqf Linked Deposit (CWLD) yang menggabungkan dua dimensi yakni investasi dan kebermanfaatan untuk umat yang memberikan multiplier effect keberlanjutan bagi umat sekaligus juga untuk pembangunan ekonomi.
Kedua, inovasi Sharia Restricted Intermediary Account (SRIA) yakni instrument yang memberi kesempatan deposan mendapatkan imbal hasil lebih besar melalui proyek-proyek syariah dan tetap sesuai risiko proyek, sementara bank syariah tetap berperan sebagai intermediary yang transparan dan amanah.
Ketiga adalah, bulion bank/bank emas yang baru diluncurkan 26 Februari 2025 lalu oleh Presiden RI untuk memonetisasi potensi emas dari hulu hingga hilir sebagai investasi syariah yang aman, mudah dan tahan terhadap inflasi.
“Asbisindo berharap emas dapat emas dalam aset likuid bank dan menjadi pengurang GWM,” harap Anggoro.
Asbisindo juga siap ambil peran dalam penguatan ekonomi syariah nasional melalui sinergi antara regulator dan pelaku industri, sekaligus merumuskan arah pengembangan perbankan syariah yang lebih progresif dan berdaya saing global serta menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
“Dukungan kebijakan, regulasi, dan pasar ini menunjukkan bahwa ekonomi syariah bukan lagi pelengkap, melainkan arus utama pembangunan nasional. Tentunya dibutuhkan transformasi, adaptif dan inovasi untuk menjadi pemain utama perbankan nasional,”ujar Anggoro.
Dengan pengembangan instrumen diharapkan bank syariah lebih menarik dan dapat tumbuh lebih tinggi sustain dan tetap sehat. (*)










