Keraguan para trader dan investor turut memicu penurunan harga emas. Apriyani Kurniasih.
Jakarta–Bulan Juli lalu, untuk pertama kalinya dalam kurun waktu lima tahun, menurut data ekonomi Amerika Serikat, emas akhirnya mengalami penurunan dan harganya jatuh ke level di bawah US$1100. Hal ini mencerminkan kestabilan dalam pemulihan perekonomian negara tersebut, sebagaimana komentar berulang mengenai komitmen Federal Reserve bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan di tahun 2015.
Selain keraguan yang cukup signifikan dari para trader dan investor untuk membeli emas, penurunan dalam permintaan logam tersebut dalam beberapa waktu terakhir juga menegaskan ramalan mengenai jatuhnya nilai emas, meskipun ada ketidakpastian terkait kenaikan Yunani ke tingkatan baru.
Jameel Ahmad, Kepala Analisis Pasar FXTM, mengatakan, hal terakhir yang semakin memupuskan harapan akan kenaikan emas adalah pengumuman bahwa kepemilikan emas Tiongkok hanya setengah dari level yang dicadangkan. Ditambah lagi dengan adanya fakta yang mengatakan bahwa emas telah jatuh di bawah level psikologis US$1100, pasar kini telah memasuki periode baru dalam pelemahan emas.
Negara-negara berkembang termasuk Brazil, Chile, Kolumbia, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Afrika Selatan, Turki dan Rusia, merupakan pasar yang terkena dampak paling besar. “Saat ini sejumlah negara tengah berhadapan dengan fenomena global di mana mata uang negara-negara berkembang tersebut terpukul oleh kombinasi ramalan akan suku bunga Amerika Serikat dan penjualan komoditas” tandas Jameel.