Jakarta – PT BPR Sukawati Pancakanti atau BPR Kanti menggelar Seminar Nasional & Gathering BPR ArisanKU 2025 bertajuk “Menjawab Tantangan Kredit dan Mendorong Pemulihan: Strategi BPR Menghadapi Lesunya Kredit dan Antisipasi CKPN” di Gedung Pusat Pendidikan & Pelatihan BPR Kanti, Gianyar, Bali, Jumat, 4 Juli 2025.
Event ini bertujuan untuk mempererat sinergi antar Bank Perekonomian Rakyat (BPR) sekaligus mendorong kontribusi nyata bagi pemulihan ekonomi Tanah Air.
Sejumlah dewan pengurus daerah Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) dari berbagai provinsi ikut menghadiri event ini, di antaranya Bali, Sulselbar, Sulutgo, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, serta DPK Perbarindo se-Bali.
Baca juga: OJK Ungkap 85 Persen BPR dan BPRS Sudah Penuhi Modal Inti Minimum
Direktur Utama BPR Kanti, Made Arya Amitaba, menyampaikan bahwa event ini tidak sekadar berbagi pengetahuan, tetapi juga menyampaikan pesan moral bahwa BPR mampu menghadirkan inovasi layanan, setara dengan bank umum.
“BPR bisa kok, SDM BPR tidak kalah dengan SDM bank umum. Ini penting untuk mengikis rasa minder SDM BPR yang selama ini sulit mendapatkan talenta berkualitas,” ungkapnya dikutip 4 Juli 2025.

Amitaba juga menegaskan bahwa program Tabungan ArisanKU, yang kini memasuki usia 18 tahun sudah diikuti 111 BPR di 16 provinsi. Ini merupakan bukti nyata kolaborasi BPR se-Indonesia dalam membangun kepercayaan masyarakat.
“Tabungan ArisanKU bukan sekadar produk simpanan, tapi simbol kolaborasi dan kepercayaan. Ini produk berbasis kebersamaan, di mana biaya dana serta biaya penyelenggaraannya setara deposito dengan disisihkan untuk hadiah yang diundi bersama,” jelasnya.
Ke depan, kata Amitaba, program Tabungan ArisanKU akan mengajak nasabah di luar Bali secara langsung untuk ikut serta. guna memperluas jangkauan program di masing-masing BPR.
“Bahkan, penyelenggaraan undian ke depan terbuka untuk dilaksanakan di daerah lain, seperti di Jakarta, Semarang Manado maupun daerah lainnya,” jelasnya.
Tahun ini, Tabungan ArisanKU akan menghadirkan hadiah dua unit mobil, yang masing-masing diundi pada 2025 dan 2026.
Sementara dalam seminar nasional dibahas berbagai isu strategis terkait tantangan industri BPR. Terutama tantangan makin lesunya penyaluran kredit BPR pasca pandemi COVID-19.
Adapun narasumber yang hadir adalah Trisno Nugroho, Former Director of Organization & Strategy Management Bank Indonesia & Staf Ahli Gubernur Bali dan Komang Arya Wira Kusuma Atmaja, Regional CEO at PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI).
Baca juga: Data Terbaru! OJK Catat Ada 1.518 BPR-BPRS hingga Mei 2025
Menurut Amitaba, krisis pandemi jauh lebih berat bagi BPR dibanding krisis moneter 1997-1998. Kini, industri BPR dihadapkan pada tantangan besar dalam penerapan CKPN yang begitu ketat, padahal nasabah BPR pada dasarnya adalah non-bankable yang justru dilindungi negara lewat BPR dengan lahirnya Paket Kebijakan Oktober Tahun 1988 atau Pakto 88.
“Saat itu Menteri Keuangan RI mengeluarkan kebijakan pendirian BPR agar masyarakat terbebas dari jeratan rentenir-lintah darat. Jadi sejatinya debitur BPR adalah nasabah rentenir dan tentu tidak bisa disetarakan dengan regulasi bank yang bankable,” jelas Amitaba.
Melalui seminar ini, Amitaba berharap, BPR dapat menemukan strategi konkret dalam menghadapi tantangan tersebut.
“Terutama dalam hal penyaluran kredit, mitigasi risiko, hingga kesiapan menghadapi penerapan regulasi baru,” harapnya. (*)









