Pembiayaan kendaraan diharapkan dapat memicu penyaluran kredit tahun ini. Di satu sisi, perbankan maupun perusahaan pembiayaan harus mewaspadai ancaman kenaikan NPL.
Jakarta–Istilah lebaranomics menjadi akrab ditelinga, yakni kondisi dimana ekonomi digerakkan oleh belanja masyarakat jelang peringatan hari raya umat islam atau sering disebut lebaran. Nyatanya momen ini memiliki andil menggerakkan ekonomi.
Selain belanja kebutuhan pokok, mulai dari makanan hingga pakaian, moment lebaran seringkali diikuti dengan kebutuhan akan kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Alhasil, di momen ini pula pembelian akan kendaraan biasanya tumbuh diatas hari-hari biasa.
Kondisi ini tak hanya menjadi gairah bagi industri otomotif, tetapi juga industri perbankan dan pembiayaan. Pasalnya, penjualan kendaraan yang mayoritas dibeli melalui kredit turut memicu pengucuran kredit perbankan dan pembiayaan , yakni kredit kendaraan bermotor (KKB).
Umumnya, pembiayaan kendaraan ikut melonjak. Momen ini pula yang menjadi harapan para pelaku perbankan dan industri pembiayaan, dapat mendongkrak pengucuran kredit kendaraan tahun ini. Apalagi, regulator juga telah mengeluarkan pelonggaran kebijakan tentang uang muka yang tadinya lebih ketat. Kondisi ini diharapkan dapat memicu pengucuran pembiayaan yang trennya melambat.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga April 2015, pengucuran kredit kendaraan yang disalurkan perbankan mengalami peningkatan sebesar 16,36% menjadi Rp368,65 miliar dari Rp353,32 miliar pada April 2014. Sementara, piutang pembiayaan konsumen yang disalurkan perusahaan pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 7,01% dari Rp230,82 miliar pada April 2014 menjadi Rp246,99 miliar pada periode yang sama 2015. Porsi piutang pembiayaan konsumen mencapai 67,00% dari total piutang pembiayaan pada periode tersebut yang mencapai Rp368,65 miliar.
Yang perlu diwaspadai adalah risiko peningkatan kredit bermasalah yang kini sedang mengantui , baik perbankan maupun perusahaan pembiayaan akibat kondisi makro yang tengah tak kondusif. Menurunnya daya beli menjadi salah satu pemicu peningkatan kredit bermasalah.
Hingga April 2015, rasio kredit bermasalah untuk kredit kendaraan bermotor yang disalurkan perbankan meningkat dari 1,12% menjadi 1,15%. Jumlah kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPL) kredit kendaraan bermotor yang disalurkan perbankan meningkat sebesar 18,72% dari Rp1,19 miliar pada April 2014 menjadi Rp1,41 miliar pada April 2015.
Dengan adanya momen lebarang baik perbankan maupun industri pembiayaan berharap, dapat mendongkrak pembiayaan kendaraan di 2015. Secara umum, pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir 2015 diprediksi bisa mencapai sekitar 14%. Sementara industri pembiayaan yang mayoritas pembiayaannya disalurkan ke pembiayaan kendaraan menargetkan, pembiayaannya dapat bertumbuh sekitar 10% hingga akhir tahun ini.