Angka Kelahiran Merosot, Anak Muda Jepang Terancam Punah di 2030

Angka Kelahiran Merosot, Anak Muda Jepang Terancam Punah di 2030

Jakarta – Jepang saat ini tengah bergelut dengan efek dari fenomena depopulasi atau penyusutan jumlah penduduk seiring dengan merosotnya angka kelahiran di titik terendah.

Kementerian Kesehatan Jepang, Jumat (2/6), mengatakan rendahnya tingkat kelahiran telah terjadi sejak tujuh tahun ke belakang. Bahkan, kondisi ini membuat populasi warganya semakin menyusut dan menua dengan cepat.

Mengacu kondisi tersebut, pemerintah setempat memprediksi bahwa populasi anak muda Jepang akan menurun drastis pada tahun 2030.

“Populasi kaum muda akan mulai menurun drastis pada 2030-an. Jangka waktu hingga saat itu adalah kesempatan terakhir kami untuk membalikkan tren penurunan kelahiran,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dikutip Reuters, 3 Juni 2023.

Ia mengatakan, penurunan tingkat populasi penduduk menjadi prioritas utama pemerintah Jepang saat ini. Meski di tengah tingkat utang yang melejit, Jepang akan menggelontorkan anggaran sebesar 3,5 triliun yen (USD25 miliar) setahun untuk perawatan anak dan tindakan lain untuk mendukung orang tua.

Dalam upaya tersebut, pemerintah Jepang memberikan subsidi langsung yang cukup besar agar warganya memiliki anak untuk biaya Pendidikan dan perawatan prenatal. Selain itu, menghadirkan promosi gaya kerja yang fleksibel dan cuti ayah.

Lanjutnya, pihaknya pun telah mengusulkan kebijakan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tak terkecuali, langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan bagi kaum muda, dan generasi yang mengasuh anak.

“Kami juga akan bergerak maju dengan langkah-langkah tersebut untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa meminta masyarakat menanggung beban lebih lanjut,” pungkasnya.

Diketahui, jumlah bayi baru lahir di Jepang turun 5% menjadi 770.747 pada tahun 2022 sebagai angka terendah baru. Sementara jumlah kematian melejit 9% lebih tinggi ke rekor 1,57 juta.

Ratusan Sekolah Ditutup

Di sisi lain, pemerintah Jepang terpaksa menutup ratusan sekolah lantaran tidak ada murid baru yang bersekolah di sekolah tersebut. Penutupan sekolah meningkat seperti di daerah pedesaan seperti Ten-ei, daerah ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.

Dinukil ABC Net, Selasa (4/4/2023), sekitar 450 sekolah telah ditutup setiap tahunnya dengan rentang tahun 2002 dan 2020. Bahkan hampir 9.000 sekolah tercatat sudah benar-benar tutup, tak lagi beroperasional untuk selamanya atau beralih fungsi menjadi museum seni dan kilang anggur. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News