Bali – World Trade Organization (WTO) menurunkan angka prediksi pertumbuhan ekonomi dari 3,3% menjadi 2,3% di tahun 2023. Suparno Djasmin selaku President Indonesia Marketing Association (IMA) Periode 2021 – 2023 mengatakan, ancaman resesi perekonomian dunia bisa memicu kemunduran ekonomi. Sehingga masyarakat perlu hati-hati dalam navigasi dan antisipasi ketidakpastian yang disebabkan oleh resesi global tersebut.
Sebagai pelaku bisnis, ancaman resesi perekonomian dunia ini memang nyata. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran hingga kemunduran ekonomi.
“Meski kondisi ekonomi global yang sedang bangkit dari pandemi Covid-19, dunia dihadapkan dengan potensi resesi, inflasi yang didorong oleh krisis energi, dan kondisi geopolitik yang mengganggu supply chain yang terjadi berkepanjangan sehingga negara-negara kompak meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi. Sedangkan di Indonesia, Pak Jokowi dalam salah satu sambutannya, menyampaikan tahun depan, 2023 perekonomian kita berpotensi kurang cerah,” ucap Suparno dalam keterangannya dikutip Minggu, 9 Oktober 2022.
Lebih lanjut, ancaman resesi ekonomi bisa dirasakan saat ini di Indonesia, seperti inflasi yang diprediksi mencapai 6,8%, membuat lemahnya daya beli dan menggerus konsumsi hingga berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta banyak perusahaan yang berguguran. Sementara itu, suku bunga acuan yang menjadi 4,25% untuk mengendalikan Inflasi juga mengakibatkan kenaikan harga-harga yang dapat meningkatkan risiko kredit yang tentunya akan berdampak pada perekonomian.
Dengan kondisi yang seperti ini, IMA sebagai asosiasi pemasaran yang terdiri dari akademisi, professional, pemerintah dan pengusaha, perlu merapatkan barisan, kompak dan saling berkolaborasi untuk berkontribusi nyata bagi perekonomian di Indonesia.
“Saya percaya, ekonomi Indonesia ini akan start lebih awal ketika resesi selesai bila seluruh elemen di IMA kompak bergerak dan saling kolaborasi serta menjadi marketer yang berjiwa entrepreneur. Terlebih bila didukung oleh 88 Chapter dengan 2.959 anggota IMA di Indonesia,” jelasnya.
Ada berbagai hal yang bisa dilakukan bersama untuk berkontribusi bagi Indonesia di masa-masa sulit ini, seperti mengimplementasi ilmu dan praktik pemasaran terbaru melalui kegiatan nyata yang berfokus pada UMKM dan pariwisata. Di era komoditisasi dan maraknya produk impor saat ini, Brand dan packaging merupakan salah satu diferensiasi yang bisa membantu Indonesia memenangkan persaingan.
IMA juga berkontribusi bagi Indonesia di masa-masa menantang ini untuk menghadapi resesi dengan mendorong implementasi ilmu dan praktik pemasaran yang kreatif dan inovatif melalui kolaborasi untuk membuat UMKM beyond Indonesia Market. IMA perlu memperkuat kolaborasi dengan menggandeng Kementerian Perdagangan untuk memberikan akses kepada para anggota IMA untuk mendapatkan akses ke pasar luar negeri, serta kerjasama di bidang perdagangan untuk memasarkan produk- produk UMKM unggulan Indonesia.
Selain itu, IMA menjalin kerjasama dengan asosiasi strategis yang mendukung perdagangan Pada Rakernas di Bali, 2nd World Marketing Forum yang merupakan hasil co-creation IMA dan JMA (Japan Marketing Association) dan Annual General Meeting (AGM) dari Asia Marketing Federation (AMF) dimana IMA adalah salah satu dari 19 negara yang menjadi anggota.
Kemudian, World Marketing Forum (WMF) yang didukung oleh Asia Marketing Federation (AMF), dimana IMA merupakan founding membernya. Ini merupakan wujud konkret IMA untuk menjadi asosiasi profesional yang mendukung perbaikan UMKM dan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali.
“WMF ini, merupakan momentum yang baik bagi IMA untuk memanfaatkan dan bekerjasama dengan 19 negara AMF selain dalam wujud akademis, tetapi juga secara bisnis sehingga IMA akan semakin berdampak positif bagi Indonesia dan mendukung pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dalam meningkatkan ekspor produk-produk unggulan Indonesia,” ucap Suparno.
Di sisi lain, IMA juga mengajak internal organisasi serta masyarakat, terutama kalangan profesional untuk kian menyadari dan terpanggil dalam membangun kesadaran akan arti pentingnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDG’s) bersamaan dengan mulai meredanya Covid-19. Dalam upaya menggerakkan dan membangkitkan aktivitas ekonomi daerah yang produktif.
“Situasi yang menantang saat ini, pemerintah mengajak IMA dan masyarakat untuk bersama-sama berinovasi dan kreatif, terutama dalam mengupayakan ketahanan pangan, karena selain Indonesia punya tanah yang luas, tetapi juga subur,” tambah Syailendra, Plt. Perdagangan Dalam Negeri.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menambahkan, pembangunan di Bali saat ini dan ke depan sudah sesuai dengan inisiatif SDG’s dengan memperhatikan budaya, lingkungan menuju kesejahteraan masyarakat. “Kami sudah mengimplementasikan SDG’s untuk pengembangan Bali ke depan dengan nama Bali Era Baru, dengan memperhatikan budaya, lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan,” ujarnya.
IMA mendorong sosialisasi profesionalisme pemasaran melalui branding dan meningkatkan awareness dan implementasi 17 SDG’s yang sejalan dan berkaitan dengan IMA, terutama tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua yang sangat erat kaitannya dengan sektor pariwisata dan UMKM serta lapangan kerja. jika dilakukan bersama dan konsisten, IMA dapat berkontribusi untuk menjadikan Marketing for Better Indonesia.
Selain itu, sebagai salah satu langkah dukungan terhadap sustainability, IMA bergabung dalam Indonesia Global Compact Network (IGCN), yaitu jaringan institusi dan korporasi di Indonesia yang akan membantu Indonesia agar bisa mencapai target-target yang ada dalam Sustainable Development Goals.
Kemudian, IMA membentuk fungsi business sustainability sebagai upaya membangun kesadaran internal IMA untuk membantu Indonesia dalam pencapaian target-target SDG’s. Beberapa chapter IMA pun sudah mulai merintis aktivitas yang mengarah ke dukungan untuk pencapaian target Sustainable Development Goals. Artinya IMA tidak hanya sekedar menjadi anggota pasif IGCN tapi ikut memberikan contoh nyata upaya pencapaian SDG’s.
Dukungan IMA terhadap SDG’s, tidak hanya diwujudkan melalui sosialisasi dan keterlibatan dalam organisasi IGCN. Namun juga dilakukan dengan penyerahan secara simbolis 2.600 pohon mangrove kepada perwakilan Nelayan Mangrove Bali. Hal ini menjadi bukti pentingnya perawatan lingkungan sebagai salah satu poin dalam SDGs untuk mendukung target 2030. (*) Irawati