Terkait rencana jangka panjang hingga lima tahun ke depan, BRI menargetkan bisa meraih posisi sebagai The Most Valuable Bank in South East Asia pada tahun 2022. Visi ini dapat dicapai, dengan memperkuat core business BRI, salah satunya melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai bank yang fokus pada pemberdayaan UMKM di Indonesia, BRI menargetkan sebanyak 80 persen portofolio penyaluran kredit BRI di tahun 2022 akan disalurkan kepada UMKM, di mana 40 persen dari total penyaluaran kredit BRI ini, akan disalurkan ke segmen mikro.
BRI juga akan tetap berkomitmen menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), terutama kepada sektor produktif. “Jika ditotal dari sejak pertama kali KUR skema baru diluncurkan pada Agustus 2015, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp120 triliun kepada lebih dari 6,7 juta debitur baru,’ kata Suprajarto.
Baca juga: BRI Patok Laba Bersih Naik 5% di 2017
Apabila dihitung sejak awal tahun 2017 hingga akhir Juni 2017, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp34,5 triliun kepada lebih dari 1,8 juta debitur, di mana komposisi penyaluran KUR Mikro kepada sektor produktif hingga akhir Juni 2017 telah mencapai 40,1 persen.
Suprajarto bersyukur kinerja BRI positif di atas rata-rata industri perbankan. Sebagai gambaran, hingga akhir April 2017, secara industri penyaluran kredit tumbuh 9,5 persen dalam setahunan (yoy), sedangkan BRI mampu tumbuh 17,3 persen dengan NPL industri 3 persen dan NPL BRI berada di bawahnya sebesar 2,1 persen. Untuk penghimpunan DPK, BRI mampu tumbuh 11,5 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan industri sebesar 9,8 persen. (*) Darto W