Jakarta – Kabar mengejutkan datang dari Partai Golkar. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tiba-tiba mengumumkan mundur dari jabatannya. Spekulasi siapa penggantinya pun langsung bermunculan.
Airlangga yang menjabat Ketum Partai Golkar sejak 13 Desember 2017 itu seharusnya mengakhir masa jabatannya sampai akhir tahun ini. Konon, dia dikasih pilihan sulit: meletakkan jabatan atau masuk penjara.
Airlangga mengumumkan pengunduran dirinya dari pada Minggu (11/8). Namun, surat pengunduran dirinya sudah diteken sejak Sabtu (10/8). Dalam video resmi yang beredar Minggu pagi, dia menyatakan pamit dari jabatannya.
“Setelah mempertimbangkan dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat maka dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim dan atas petunjuk Tuhan yang maha besar, maka dengan ini menyatakan pengunduran diri sebagai ketua umum DPP Partai Golkar,” ujar Airlangga.
Dia menegaskan, DPP Partai Golkar akan menyiapkan mekanisme organisasi sesuai ketentuan AD/ART. “Semua proses ini akan dilakukan dengan damai, tertib dan menjunjung tinggi marwah Partai Golkar,” tegasnya.
Dia menambahkan, demokrasi harus terus dikawal dan partai politik adalah pilarnya. Partai Golkar selama 60 tahun telah membuktikan hal ini.
Pada Pemilu 2024, kata dia, Partai Golkar bahkan memenangkan 102 kursi DPR dan ratusan bahkan ribuan kursi parlemen di berbagai tingkat dari Sabang sampai Merauke.
Baca juga: Jusuf Kalla Blak-Blakkan: Butuh Modal Rp600 Miliar untuk Jadi Ketum Golkar
Dalam Pilpres 2024, lanjut dia, Golkar juga memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.
“Selanjutnya, untuk mempercepat langkah kita untuk memajukan Indonesia, sebagai pribadi dan bersama seluruh keluarga saya, dari hati yang terdalam saya ucapkan terima kasih yang tulus,” ujarnya.
Airlangga yakin seluruh prestasi yang dicapai akan dilanjutkan lebih baik lagi. Dia pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, presiden terpilih dan wakil presiden terpilih selanjutnya Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, serta petinggi dan senior Partai Golkar.
“Kepada Bapak Jusuf Kalla dan Abu Rizal Bakrie, Bapak Luhut Binsar Pandjaitan, Bapak Akbar Tanjung, Bapak Agung Laksono, serta Bapak M. Hatta, saya juga menguncapkan beribu terima kasih atas kerja sama, dukungan dan bimbingan yang diberikan,” tegasnya.
Airlangga sampai saat ini masih menjadi Menko Perekonomian. Tapi kabarnya, saat ini dia tengah bersiap-siap meninggalkan rumah dinasnya di Kompleks Rumah Menteri, Kuningan, Jakarta Selatan.
Siapa Pengganti Airlangga?
Kasak-kusuk pengganti Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar pun menyeruak seiring langkah mendadak Airlangga tersebut. Disebut-sebut, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, bakal menggantikan Airlangga.
Ñama Gibran Rakabuming Raka juga mencuat seiring lengsernya Airlangga dari Ketum Partai Golkar. Beberapa flyer bergambar Gibran dengan narasi sebagai Ketum Golkar bersèliweran di grup-grup WA.
Namun, sebelum diputuskan dalam Munaslub yang dipercepat pada akhir Agustus ini, Pejabat Sementara (Pjs) Ketum Partai Golkar akan diserahkan ke Agus Gumiwang Kartasasmita.
Sumber Infobanknews mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan bakal masuk Partai Golkar dan didapuk jadi Ketua Dewan Pembina.
“Inilah hebatnya Jokowi,” ujar sumber yang tak bersedia disebutkan namanya itu.
Katanya, masuknya Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina dan Bahlil sebagai Ketum, adalah skenario Istana menjelang lengsernya Jokowi dari kursi Presiden.
“Untuk memastikan dia masih bisa mengontrol pemerintahan Prabowo – Gibran, dia harus mempunyai partai besar. Golkar adalah pilihan paling rasional,” tuturnya.
Airlangga sejatinya berat melepas jabatan prestisius itu. Sebagai partai terbesar kedua setelah PDIP, posisi Ketum Partai Golkar sangatlah strategis.
“Tapi, dia harus merelakan itu, daripada masuk penjara,” tuturnya.
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia Harus Contoh Jakarta untuk Lolos Middle Income Trap
Selama ini beredar isu, Airlangga diduga terlibat kasus ekspor minyak sawit dan nikel ke China. Kasus inilah yang dijadikan “senjata” untuk menekan dirinya mundur dari Ketum Partai Golkar.
Jika kabar ini benar, bisa dibilang Airlangga “dikudeta halus” untuk melepaskan jabatannya.
Namun, di kalangan internal elite Partai Beringin tersebut, Airlangga dianggap gagal memimpin Partai Golkar. Selain gagal menjadi kontestan di Pilpres 2024, Partai Golkar di bawah kepemimpinannya menjadi partai yang lemah.
“Saking lemahnya, muncul joke jika Airlangga adalah Ketua Umum Golkar paling disayang partai-partai lain. Karena di masa kepemimpinannya, Golkar lemah saat berhadapan dengan partai lain. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Golkar,” selorohnya.
Kabar masuknya Jokowi ke Partai Golkar dan menjadi Ketua Dewan Pembina belum mendapat konfirmasi dari Istana. Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Stafsus Presiden yang dihubungi sampai saat ini belum memberikan konfirmasi. (DW)