Jakarta – Dalam lanskap keuangan yang terus berkembang seperti saat ini, embedded finance atau sistem keuangan terintegrasi muncul sebagai sang pengubah permainan (game changer). Pendekatan ini diharapkan menghasilkan pertumbuhan besar. Research And Markets memperkirakan bahwa pasar embedded finance di Indonesia dapat melampaui 10 miliar dolar AS pada 2029.
Menurut Carrey Anderson, CEO 1datapipe, Indonesia menawarkan lahan yang ‘unik dan subur’ bagi revolusi embedded finance, yang didorong oleh sejumlah faktor utama. Pertama, penetrasi internet yang tinggi lebih dari 70 persen populasi, yang menyediakan ekosistem digital yang luas di mana layanan embedded finance dapat berkembang pesat.
Faktor lainnya adalah populasi besar yang kurang terlayani dan tidak memiliki rekening, dengan lebih dari 74 persen masyrakat Indonesia tidak memiliki rekening atau kurang terlayani oleh lembaga keuangan tradisional. Embedded finance memberikan peluang penting untuk menjangkau individu-individu tersebut.
“Regulasi yang mendukung, adopsi ponsel pintar secara luas, hingga meningkatnya permintaan akan kemudahan, mendorong pengguna menuju solusi keuangan yang lebih inovatif dan terintegrasi,” ujar Carrey dalam keterangan resminya, dikutip 21 Agustus 2024.
Baca juga: OJK Sebut Pemanfaatan AI Mampu Dongkrak Pendapatan Bank hingga 4,7 Persen
Dari sejumlah faktor tersebut, menurut Carrey, potensi embedded finance di Indonesia sangat besar. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut memerlukan mengatasi beberapa rintangan, terutama dalam hal pengambilan keputusan kredit yang cermat serta inklusi keuangan.
Wawasan Teknologi AI
Integrasi teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam penilaian risiko kredit merupakan salah faktor penting dalam keberhasilan embedded finance. Algoritma AI dapat memproses data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, mengidentifikasi pola dan korelasi yang mungkin tidak diperhatikan.
“Hal ini menghasilkan penilaian risiko yang sangat akurat dan komprehensif, sehingga memungkinkan keputusan pemberian pinjaman yang lebih tepat,” ujar Carrey.
Model berbasis AI sangat efektif khususnya dalam mengidentifikasi individual yang layak kredit di antara pekerja informal dan yang tidak memiliki rekening bank. Dengan mengetahui profil individu berdasarkan titik data alternatif, model ini memungkinkan bank dan fintech untuk memperluas kredit ke segmen nasabah yang lebih luas, yang mendorong inklusi keuangan lebih dalam serta memperluas basis nasabah mereka.
Untuk memanfaatkan sepenuhnya peluang yang diberikan oleh embedded finance atau sistem keuangan terintegrasi, bank dan fintech perlu mengadopsi sebuah pendekatan strategis yang memadukan data alternatif dan teknologi analitik prediktif berbasis AI.
Cara ini melibatkan pemecahan silo data, yang memastikan akses ke sebanyak mungkin sumber data kredit alternatif, dan mengembangkan model prediktif yang dapat menganalisa titik data tersebut secara efektif.
Selain itu, para eksekutif risiko harus merancang strategi yang secara khusus ditujukan kepada masyarakat yang kurang terlayani, terutama pekerja informal yang mewakili bagian besar masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank.
“Tetap mengikuti perubahan regulasi, khususnya regulasi yang berhubungan dengan penggunaan data alternatif dan teknologi AI dalam penilaian risiko kredit, juga penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar yang berkembang pesat ini,” kata Carrey.
Baca juga: 3 Manfaat Teknologi AI Generatif bagi Perbankan, Salah Satunya Tangkal Fraud
Seiring dengan terus tumbuhnya pasar embedded finance, teknologi ini akan menjadi sangat diperlukan bagi para pelaku usaha yang ingin memanfaatkan perubahan embedded finance. Dengan memanfaatkan data alternatif dan teknologi AI, lembaga keuangan tidak hanya dapat memperluas basis nasabahnya namun juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas, yaitu inklusi keuangan di Indonesia.
“Hal ini, pada gilirannya, akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan modernisasi di seluruh penjuru negeri, yang menjadikan Indonesia sebagai teladan utama dalam embedded finance dalam era digital,” tutupnya. (*)