Adu Laba Bank BUMN Sepanjang 2024, Siapa Juaranya?

Adu Laba Bank BUMN Sepanjang 2024, Siapa Juaranya?

Jakarta – Bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah melaporkan kinerja keuangannya sepanjang 2024.

Bank Mandiri, BRI, dan BNI berhasil mencatatkan rapor biru dengan pertumbuhan laba yang meningkat, meski tak setinggi dari tahun sebelumnya. Namun, berbeda dengan tiga bank pelat merah lainnya, laba BTN justru mengalami penurunan sepanjang 2024.

BRI menempati posisi puncak sebagai bank pelat merah yang mengumpulkan laba bersih paling jumbo pada 2024. Laba BRI secara konsolidasian mencapai Rp60,64 triliun.

Posisi BRI dibuntuti Bank Mandiri dengan laba bersih terbesar bank BUMN. Bank dengan logo pita emas ini mencatatkan laba bersih secara konsolidasi Rp55,8 triliun pada 2024.

Baca juga: Laba Bank Mega Amblas 25,05 Persen jadi Rp2,63 Triliun pada 2024

Rapor Bank BUMN Sepanjang 2024

BRI

BRI berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp60,64 triliun sepanjang 2024. Angka ini tumbuh 0,36 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding 2023 yang sebesar Rp60,42 triliun.

Adapun laba bank only tercatat mencapai Rp54,84 triliun pada 2024, naik 3,17 persen ketimbang 2023 yang sebesar Rp53,15 triliun.

Mengutip laporan keuangan yang dipublikasikan di media massa, 12 Februari 2025, perolehan laba bank yang dipimpin Sunarso sebagai direktur utama ini didorong oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp142,06 triliun di 2024, dibandingkan tahun sebelumnya Rp137,40 triliun atau naik 3,38 persen.

Dari sisi intermediasi, BRI berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp1.354,64 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp1.110, 37 triliun disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Menutup 2024, total aset BRI sebesar Rp1.992,98 triliun, tumbuh 1,42 persen dibanding 2023 lalu yang sebesar Rp1.965,00 triliun.

Bank Mandiri

Bank Mandiri melaporkan telah membukukan laba bersih Rp55,8 triliun sepanjang 2024. Angka ini naik 1,31 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp55,06 triliun.

Raihan laba ini ditopang oleh kinerja intermediasi, di mana Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.671 triliun, meningkat signifikan hingga 19,5 persen yoy.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen wholesale, yang mencapai Rp913 triliun atau naik 25,5 persen yoy.

Adapun, rasio pencadangan atau coverage ratio Bank Mandiri berada di level 304 persen pada akhir 2024, menunjukkan komitmen perseroan dalam menjaga stabilitas keuangan dan mitigasi risiko kredit.

Sementara itu, total aset Bank Mandiri juga meningkat 11,63 persen yoy, mencapai Rp2.427,22 triliun pada akhir 2024.

Baca juga: Laba Bank Mandiri Taspen Naik 11,93 Persen di 2024 jadi Rp1,58 Triliun

BNI

BNI berhasil mencetak laba bersih Rp21,5 triliun sepanjang 2024. Raihan laba ini tumbuh sekitar 2,7 persen year on year (yoy).

Dari sisi intermediasi, lanjut Royke, BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp775,87 triliun, tumbuh 11,6 persen yoy di tahun 2024. 

Pertumbuhan kredit ini didukung oleh segmen korporasi yang naik 17,6 persen dan konsumer yang meningkat 14,5 persen.

Perusahaan anak usaha BNI juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7 persen yoy dengan profitabilitas tetap terjaga.

Adanya pertumbuhan kredit yang sehat dibarengi oleh efisiensi operasional, pendapatan sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Income (PPOP) mampu menunjukkan perbaikan.

BNI juga telah melakukan pembentukan CKPN secara memadai selama 2024. Ini tercermin dari Loan at Risk Coverage yang mencapai 48,8 persen serta NPL Coverage yang terjaga di level 255,8 persen. 

Dengan pertumbuhan kredit yang sehat dan didukung Dana Pihak Ketiga (DPK) yang kuat terutama dari pertumbuhan tabungan ritel, BNI mampu menjaga rasio Net Interest Margin (NIM) 2024 di level 4,2 persen.

Baca juga: Laba Bank Banten Melonjak 95,56 Persen jadi Rp52 Miliar di 2024, Ini Faktor Pendorongnya

BTN

BTN mampu meraup laba bersih Rp3,01 triliun sepanjang 2024. Perolehan ini terkoreksi 14,1 persen yoy, ketimbang tahun sebelumnya sebesar Rp3,50 triliun.

Koreksi laba BTN antara lain disebabkan kenaikan di pos beban. Berdasarkan laporan keuangan publikasi, beban bunga emiten berkode saham BBTN ini melonjak 21,9 persen, dari Rp14,65 triliun menjadi Rp17,84 triliun.

Sedangkan pendapatan bunga bersihnya tumbuh 4,5 persen dari Rp28,27 triliu menjadi Rp29,55 triliun. Alhasil, pendapatan bunga bersih BTN terkontraksi 14,1 persen, atau menjadi Rp11,73 triliun dibandingkan Rp13,62 triliun di tahun sebelumnya.

Sepanjang 2024, BTN mencatatkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah 7,3 persen, dari Rp333,69 triliun menjadi Rp357, 97 triliun.

Dari sisi funding, perseroan mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 9,1 persen, dari Rp349,93 triliun menjadi Rp381,67 triliun. Struktur DPK juga membaik, dengan rasio dana murah (CASA) naik dari 53,7 persen menjadi 54,1 persen di akhir 2024.

BTN menutup 2024 dengan total aset mencapai Rp469,61 triliun, atau tumbuh 7 persen secara tahunan. Perseroan optimis total asetnya akan tembus Rp500 triliun di akhir 2025. (*)

Related Posts

Top News

News Update