Jakarta – Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan menyatakan, bahwa potensi klaim dalam asuransi wajib atau Third Party Liability (TPL) akan dikelola dengan menggunakan sistem digitalisasi.
Menurutnya, implementasi asuransi wajib kendaraan ini harus menggunakan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI).
“Dalam penerapan asuransi wajib atau TPL, kita harus menggunakan sistem digitalisasi. Demografi Indonesia sangat luas, sehingga kita perlu sistem yang efisien. Kita juga akan menggunakan AI yang telah digunakan oleh negara-negara sahabat, dan kita sudah mulai belajar dari mereka mengenai bagaimana sistem AI ini bekerja,” ujar Budi dalam acara media gathering di Jakarta, Senin (22/7).
Baca juga: Bos AAUI Jamin Premi Asuransi Wajib Kendaraan Tak Akan Beratkan Masyarakat
Implementasi asuransi wajib kendaraan ini juga memerlukan keterlibatan pihak kepolisian lalu lintas (Korlantas). Menurut Budi, legalisasi dari Korlantas sangat penting untuk memproses klaim asuransi.
“Keterlibatan polisi lalu lintas sangat diperlukan dalam implementasi asuransi wajib ini, karena tanpa legalisasi dari mereka, proses klaimnya tidak bisa diproses,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa AAUI telah melakukan pembicaraan intensif dengan pihak Korlantas untuk menjaga koridor implementasi asuransi wajib ini. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tanggung jawab di lalu lintas ada pada Korlantas, terutama dalam hal kerusakan-kerusakan marka jalan yang sering terjadi akibat kecelakaan.
Kerugian yang dialami oleh pemerintah daerah atau kota akibat tertabraknya marka jalan oleh kendaraan bermotor juga menjadi perhatian dalam implementasi asuransi wajib ini.
Baca juga: AAUI Pastikan Asuransi Wajib Pihak Ketiga Tidak Tumpang Tindih dengan BPJS
Budi juga menekankan bahwa asuransi wajib ini dirancang agar tidak memberatkan masyarakat.
“Kami juga tentunya memikirkan secara makronya bahwa hal ini jangan tentunya memberatkan masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, Budi menyoroti pentingnya meningkatkan literasi dan inklusi asuransi di Indonesia, yang saat ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti China, Korea, dan Jepang.
“Kita belajar dari negara-negara tersebut untuk meningkatkan literasi dan inklusi asuransi di Indonesia,” tambahnya. (*)Alfi Salima Puteri