Jakarta – Direktur Pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Vonny Widjaja memprediksi penerbitan surat utang di tahun depan tidak seramai tahun ini. Hal tersebut seiring kondisi politik dalam negeri dan era suku bunga tinggi.
Ia memproyeksikan, total nilai penerbitan obligasi pada tahun 2019 hanya sebanyak Rp148 triliun. Sementara total penerbitan obligasi di 2018 ditaksir bisa mencapai Rp152 triliun.
“Kita tahu tahun depan berlangsung pilpres dan pileg, sehingga calon emiten obligasi akan menunda rencana penerbitan, dan suku bunga tinggi akan menjadi pertimbangan lainnya sebab akan meningkatkan biaya,” kata Vonny di Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.
Ia menambahkan, potensi penerbitan obligasi pada tahun politik tersebut didasarkan besarnya total obligasi jatuh tempo senilai Rp110 triliun.
Sementara itu, dia memperkiraan total nilai penerbitan obligasi tahun 2018 sebesar Rp152 triliun. Hal itu didasarkan hingga akhir kuartal III 2018 total nilai obligasi yang telah diterbitkan mencapai Rp111,44 triliun.
“Angka itu akan bertambah, karena nilai mandate pemeringkatan obligasi ke Pefindo namum belum diterbitkan masih Rp32,2 triliun,” jelasnya.
Lebih rinci terkait nilai obligasi yang akan diterbitkan itu berasal dari enam bank senilai Rp8,5 triliun, empat emiten pembiayaan Rp7,8 triliun, dua emiten properti Rp4 triliun, bandar udara Rp3 triliun, dua emiten tambang Rp2,1 triliun, tiga emiten perkebunan Rp1,95 triliun, satu emiten logistik Rp1 triliun, satu emiten jalan tol Rp1 triliun, dua emiten kimia Rp750 miliar, dua media Rp550 miliar, konstruksi Rp500 miliar, telekomunikasi Rp500 miliar, sekuritas Rp350 miliar dan manufaktur Rp200 miliar. (*)