Samarinda – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) siap implementasikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Mikro yang menggabungkan unsur Academy Business Community Government (ABCG) dengan menggandeng universitas di berbagai daerah di Indonesia. Langkah tersebut dilakukan perseroan untuk menciptakan pertumbuhan sektor properti yang positif dan berkelanjutan terutama yang menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Kali ini, Bank BTN mengajak Universitas Mulawarman untuk mengembangkan program kewirausahaan sosial di sektor properti tersebut. Peluang bisnis properti di Indonesia masih sangat besar. Untuk itu, perlu adanya ekosistem yang mampu menyokong sektor ini tumbuh positif dan berkelanjutan. Salah satu yang bisa dimanfaatkan, yakni kalangan perguruan tinggi. Apalagi, Indonesia memiliki sekitar 4.500 universitas yang bisa dikembangkan menjadi perguruan tinggi berkelas internasional.
Direktur Utama Bank BTN Maryono, dalam keterangannya di Samarinda, Sabtu, 29 September 2018 mengatakan, untuk menuju level internasional, berbagai universitas di Indonesia perlu bertransformasi dalam bidang akademik maupun non akademik, termasuk mengembangkan kewirausahaan. Salah satu program kewirausahaan yang disiapkan Bank BTN yakni socio-technopreneurship berupa KPR Mikro ABCG.
“Kami telah mengimplementasikan program KPR Mikro ABCG tersebut dengan Universitas Diponegoro di Kendal. Hal tersebut dapat menjadi peluang bagi Universitas Mulawarman untuk melakukan hal serupa di Samarinda dan sekitarnya. Kami pun siap menggajak universitas-universitas lain di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Adapun, KPR Mikro ABCG merupakan skema hasil kolaborasi empat pihak yang terdiri atas akademisi, dunia usaha, komunitas, dan pemerintah untuk mendukung pembangunan perumahan swadaya yang berbasis komunitas yang membutuhkan rumah tinggal. Skema KPR ini menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) unbankable di Indonesia yang masih hidup di rumah kontrakan dan lingkungan tidak layak huni.
Menurut Maryono, melalui program KPR mikro ABCG tersebut, sertifikat tanah yang ada bisa langsung dipecah, kemudian masyarakat kategori MBR bisa segera memiliki rumah dan tanah dengan harga murah dan jangka waktu lebih pendek. “Jadi ini yang memberikan kemudahan dan sangat ringan bagi masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap,” paparnya.
Maryono mengungkapkan, bahwa skema KPR Mikro ABCG tersebut juga bisa diterapkan di semua daerah, termasuk juga di Samarinda. Bank BTN, tambahnya, juga bisa memberikan kerja sama dengan universitas dalam hal menginisiasi membuat inovasi inkubator bisnis tingkat awal. Hingga saat ini, perseroan telah membuat BTN Zone dengan berbagai fasilitas di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia.
“Nantinya, untuk komunitas dan teknis pendekatannya di universitas dan kabupaten yang siap, akan kami buatkan. Kami pun akan kembangkan suatu pembinaan pada startup-startup mahasiswa untuk diberikan binaan. Apalagi kami akan bekerjasama dengan plug and play yang ada di Amerika,” jelas dia.
Bank BTN, kata dia, tetap berkomitmen dalam mendukung program pengembangan perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa langkah yang disiapkan mulai dari kerja sama penelitian dan pengembangan, program pendidikan dan pelatihan, hingga seminar yang berkaitan dengan perumahan. “Selain itu, kami juga akan terus mengembangkan program-program kewirausahaan lainnya khususnya yang berbasis socio technopreneurship,” tambahnya.
Menurutnya, kewirausahaan dapat menjawab peluang bisnis yang masih besar di Indonesia. Di sektor properti misalnya, angka kebutuhan rumah pun tercatat naik 800.000 unit setiap tahun. Namun, jumlah ketersediaan rumah baru berkisar 250.000-400.000 unit per tahun. Angka backlog perumahan dari MBR unbankable pun mencapai 6 juta kepala keluarga di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, dalam jangka panjang yakni pada 2030, diperkirakan penduduk usia produktif Indonesia pun tercatat bisa mencapai di atas 60 persen. Pada 2030, kelas menengah di Tanah Air yang berpenghasilan di atas US$3.600 juga diproyeksi mencapai 135 juta jiwa. Pertumbuhan tersebut juga kian didukung dengan literasi internet yang semakin meningkat serta kenaikan permintaan produk berbasis digital di pasar global.
Selama ini, jelas dia, perseroan telah menggelar Edukasi Literasi Properti di 27 Universitas pada 25 kota berbeda di Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, Bank BTN mencetak Rekor MURI sebagai edukasi literasi properti dengan jumlah peserta terbanyak yakni lebih dari 12.000 peserta. Bank BTN, sebut Maryono, juga telah mencetak lebih dari 1.000 calon pengembang perumahan melalui lembaga Housing Finance Center (HFC). (*)