Jakarta – Merger Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) memunculkan banyak kisah. Kisah-kisah sukses. Beberapa di antaranya bisa dibilang legacy. Warisan.
Seperti diketahui, Kamis, 2 Agustus 2018 lalu, manajemen BTPN dan SMBCI resmi mengumumkan proses merger. Ditargetkan, proses penggabungan dua usaha itu akan kelar pada Januari 2019. Di bulan itu, tongkat estafet kepemimpinan akan resmi beralih. Dari Jerry Ng ke Ongki Wanadjati Dana.
Jerry Ng identik dengan kisah sukses BTPN. Ya, karena dia memang Direktur Utama BTPN. Leader di situ, sejak 2008. Seperti kisah sukses di era apapun, leader akan selalu identik dengan kisah sukses itu. Padahal, di belakang Jerry ada Djemi Suhenda, Anika Faisal, Ongki Wanadjati Dana, Kharim Indra Gupta Siregar, dan Arief Harris Tandjung, yang membuat tim manajemen di bawah kepemimpinan Jerry menjadi “The Dream Team”.
Tim ini sangat solid, sejak dulu. Sebelum mencetak sukses di BTPN, mereka, zonder Ongki, pernah membesarkan nama Danamon dengan DSP-nya. Danamon Simpan Pinjam. Produk layanan mikro yang menjadi trendsetter bagi bank-bank nasional kala itu. Di BTPN, persneling mereka semakin tinggi karena tambahan energi baru: Ongki. Kawan lama Jerry.
Karena The Dream Team ini, BTPN menjadi bank terbaik di kelasnya. Infobank mencatat, dalam 15 tahun terakhir, BTPN selalu meraih predikat “sangat bagus” dalam rating bank. Bahkan, hingga saat ini, secara total nilai, masih menjadi yang tertinggi di antara 13 bank peraih prestasi serupa. Hebatnya lagi, dalam tujuh kali rating, BTPN nyaris meraih nilai sempuna 100%.
Tim ini pula yang melahirkan kisah-kisah sukses itu: BTPN MUR, BTPN PurnaBakti, BTPN MitraBisnis, BTPN TUR yang kemudian menjadi BTPN Syariah, Program Daya BTPN, Tabungan Taseto BTPN, BTPN Wow!, dan si bungsu Jenius yang fenomenal. Produk, program, dan layanan inilah yang “menyulap” bank “tak masuk radar” beraset Rp9,34 triliun per 30 September 2007 menjadi bank terbaik di kelasnya dengan aset Rp99,90 triliun pada 30 Juni 2018. Berlipat 10 kali dalam 10 tahun.
Tak hanya aset. DPK, kredit, dan laba pun berebut naik, laiknya panjat pinang di Tujuhbelasan. DPK melonjak sembilan kali lipat dari Rp7,63 triliun menjadi Rp72 triliun. Pun Kredit, dari Rp7,55 triliun menjadi 67,70 triliun. Laba, dari hanya Rp244,67 miliar menjadi Rp1,09 triliun, jika dibandingkan per Januari-September 2007 dengan per Januari-Juni 2018.
Baca juga: Peta Bisnis BTPN Pasca Merger
Kini, setelah hattrick membuat kisah sukses, BTPN naik level: mencetak legacy. Lima legacy sekaligus dalam satu momen merger kemarin.
Pertama, baru dalam sejarah perbankan nasional, setidaknya berdasarkan catatan Infobank, merger dua bank sama-sama peraih tropi kehormatan dari Infobank. BTPN peraih tropi Titanium (15 tahun berpredikat “sangat bagus” secara berturut-turut), dan SMBCI peraih tropi Platinum (10 tahun berpredikat “sangat bagus” secara berturut-turut).
Benar kata Jerry, merger BTPN-SMBC adalah penggabungan usaha dua bank terbaik di kelasnya. “This is a good marriage,” ujar Jerry kepada beberapa senior editor, Jumat, 3 Agustus 2018 lalu.
Ini legacy yang bagus. Kata orang Jawa, perkawinan ini jelas bibit, bebet, dan bobotnya. Perkawinan yang berpotensi menghasilkan “keturunan” yang baik dan bagus pula.
Kedua, baru kali ini, setidaknya dalam catatan Infobank, pengumuman manajemen baru BTPN berbarengan dengan pengumuman prospektus merger. Lazimnya, baik di perbankan maupun korporasi lain, manajemen baru diumumkan setelah proses merger selesai. Terlebih, manajemen baru membutuhkan persetujuan RUPS LB, yang belum digelar ketika prospektus diterbitkan.
Ini luar biasa. Secara tersirat case ini menunjukkan optimisme dan konfidensi yang tinggi dari manajemen maupun pemegang saham bahwa merger ini telah dipersiapkan secara matang. Bahwa mereka telah menyiapkan orang-orang terbaiknya untuk duduk di manajemen baru. Jangan bandingkan dengan pemilihan presiden, yang sampai sekarang pun belum ketahuan pasangan capres dan cawapresnya, meski sudah masuk jadwal pendaftaran.
“Ini memang sudah lama dipersiapkan. Setidaknya sejak SMBC bergabung empat tahun lalu sudah berpikir bahwa size is matter. Dan, merger adalah logical conclusion dan best way. Apalagi, ini sejalan dengan policy OJK, BI, dan pemerintah,” ungkap Jerry.
Ketiga, pemegang saham pengendali memutuskan tetap menggunakan nama BTPN sebagai entitas baru hasil penggabungan dua usaha. Lazimnya, nama asing akan menjadi nama baru hasil merger. Pemegang saham sepertinya sangat mendengar rekomendasi dari manajemen yang selama ini membesarkan BTPN. Ini preseden yang menarik.
“Saya bersyukur rekomendasi kita masih didengar. Saya katakan, kita adalah bank yang beroperasi di Indonesia. Kita harus dikenal sebagai bank Indonesia. Kelebihannya, kita menjadi terbaik di lokal, dapat resources di seluruh dunia dengan jaringan SMBC Group,” papar Jerry.
Keempat, merger BTPN-SMBCI adalah merger complementary yang hampir bisa dipastikan tidak menyisakan warisan masalah human resources. BTPN selama ini fokus di segmen mass market, sementara SMBCI bermain di wholesale banking. Dua entitas yang beda segmen market. “Kita tidak overlapping,” tegas Jerry.
Kelima, ada pelajaran berharga dari proses merger BTPN-SMBCI bahwa leadership adalah soal next leader. Leader yang baik adalah leader yang telah menyiapkan penggantinya jauh-jauh hari. Yang artinya juga, seorang leader harus tahu kapan dia berhenti. Dan, Jerry tahu persis ini.
“Saya belajar dari Pak TP Rachmat (mantan CEO Astra International). Kita jangan sampai one bridge too far. Kita harus tahu kapan waktunya memberikan tongkat kepemimpinan kepada yang berikutnya. Setelah merger selesai, ini adalah waktu terbaik. Saya telah diberi kesempatan luar biasa, membangun bank dari aset Rp10 triliun menjadi Rp200 triliun dan mendekati BUKU 4. This is time to move on,” tuturnya.
Dan, tongkat itu jatuh ke tangan the right man: Ongki. Dia orang yang tahu persis visi dan culture BTPN. Dengan pengalamannya selama 30 tahun di perbankan, 10 tahun di antaranya di BTPN, dia memang layak dipercaya untuk menjaga legacy dari era Jerry. “Dia tahu apa yang terbaik untuk BTPN,” tutup Jerry. (Darto Wiryosukarto)