Jakarta — Keuangan syariah di Indonesia khususnya pembiayaan syariah dinilai masih jalan ditempat seiring dengan angka aset perbankan syariah yang selama ini sulit untuk mencapai angka diatas 5 persen.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bambang Brodjonegoro pada acara High Level Discussion Indonesia Sebagai Pusat Ekonomi Islam Dunia dari Bappenas bersama IAEI dan KNKS di Jakarta, Rabu, 25 Juli 2018.
“Kenapa dengan jumlah penduduk muslim dianggap terbesar di dunia, islamic finance jalan ditempat karena ada suatu peridoe sulit sekali aset perbankan syariah melewati 5 persen dari total aset perbankan keseluruhan,” kata Bambang yang juga Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Bambang menambahkan, pihaknya juga menyiapkan langkah strategis guna terus mendorong ekonomi syariah nasional dengan terus memfasilitasi industri syariah ke pasar global.
Baca juga: Bappenas Minta Industri Keuangan Syariah Berafiliasi Dengan Sektor Rill
“Yang paling sulit adalah market dan product creation. Ini yg akan jadi fokus di 2019. Kemudian kita akan memfasilitasi ekspor dan me-manage impor. Banyak produk halal kita masih net import,” ucal Bambang.
Bambang mengatakan, ekonomi syariah dinilai masih berpotensi untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan melalui pembiayaan sektor syariah, pariwisata dan industri halal.
Dirinya menyebut, saat ini pasar ekspor industri halal Indonesia masih didominasi oleh negara pasar terbesar yakni China dan India. Oleh karena itu pihaknya berharap dengan semakin meningkatkan ekpor akan lebih mengembangkan ekonomi syariah.(*)