Jakarta – Direktur Consumer Banking BRI, Handayani mengungkapkan pembeli rumah pertama atau first-time home buyer merupakan segmen pembeli rumah yang sangat besar.
Segmen ini umumnya memiliki penghasilan yang relatif terbatas, sehingga sering kesulitan memenuhi DP pembelian rumah.
“Bank harus fokus menyasar segmen first-time home buyer secara serius mendalami buying behavior mereka,” kata Handayani pada acara Seminar Infobank “Prospek Bisnis Mortgage Setelah Relaksasi LTV: Bagaimana Developer dan Bank Mengambil Peluang?” di Shangri-La Hotel Jakarta, Kamis, 12 Juli 2018.
Ia mengatakan, Indonesia sendiri memiliki backlog sebesar 13,5 Juta unit rumah. Dengan asumsi rata-rata harga perumahan nasional sebesar Rp300 Juta, maka peluang bisnis properti di Indonesia mencapai Rp4.050 triliun atau dapat menyumbang sekitar 30% untuk GDP Indonesia
Sebagai acuan, saat ini bisnis properti hanya menyumbang sekitar 2,79% atau Rp379 triliun untuk perekonomian Indonesia.
Baca juga: Industri Diharap Dapat Memanfaatkan Momentum Pelonggaran LTV
Sekedar informasi, rata-rata pertumbuhan kredit KPR BRI sendiri dalam lima tahun terakhir sebesar 19,9%.
Sedangkan hingga akhir Juni 2018 tercatat outstanding segmen KPR BRI telah mencapai Rp24,2 triliun atau tumbuh sebesar 9,02% dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp22,5 triliun.
Tak hanya itu, BRI juga menilai, pelonggaran LTV tidak akan membuat angka Non Performing Loan (NPL) perbankan membengkak. Pasalnya hingga Juni 2018 NPL KPR BRI tercatat hanya sebesar 2,7% angka tersebut masih dibawah angka NPL industri yang sebesar 2,8%.
“Kalau kita longgarkan LTV nantinya akan berikan relaksasi kebutuhan pembiayaan rumah, namun satu sisi ada konsekuensi terhadap NPL. Namun nyatanya NPL-nya lebih baik. Bahkan kami dibawah industri,” tukas Handayani. (*)