Jakarta – Menurut Consumer Payment Attitudes Study, sebuah studi yang baru dirilis oleh Visa, delapan dari sepuluh (76%) masyarakat Indonesia menyatakan bahwa mereka merasa semakin percaya diri dapat hidup tanpa uang tunai selama 24 jam. Studi yang menyoroti peningkatan masyarakat yang terlibat secara digital di Asia Tenggara tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia siap menjadi bagian dari bangsa digital di masa depan.
Studi Visa Consumer Payment Attitudes menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan inovasi telah mendorong konsumen Indonesia untuk lebih menggunakan pembayaran elektronik dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan bertransaksi secara tunai. Lebih lanjut, studi tersebut menunjukkan bahwa delapan dari sepuluh responden Indonesia menyatakan bahwa mereka berbelanja secara online setidaknya sebulan sekali.
President Director of PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman, di Jakarta, Rabu, 23 Mei 2018 mengatakan, bahwa konsumen Indonesia mencari solusi-solusi pembayaran yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
“Masyarakat Indonesia semakin dekat dengan teknologi digital dan menginginkan belanja dengan seketika dan aman, dimanapun, kapanpun. Karenanya, Visa terus berkolaborasi dengan para klien dan merchant dalam mengadaptasi solusi pembayaran digital secara real-time dan aman dalam rangka merealisasikan masyarakat tanpa uang tunai (cashless society) di Indonesia,” ujar Riko.
Studi Consumer Payment Attitudes ini juga menemukan, bahwa hampir separuh dari responden menginginkan Indonesia menjadi negara tanpa tunai. Menariknya, 85% responden Indonesia telah melakukan pembayaran digital menggunakan smartphone untuk berbagai kebutuhan seperti saat berbelanja, memesan taksi, dan membayar makanan di restoran. Selain itu, 75% responden Indonesia menggunakan ponsel untuk mengakses layanan perbankan setidaknya sekali seminggu dibandingkan dengan 69% responden yang lebih memilih untuk langsung datang ke kantor cabang.
Baca juga: Penggunaan Non Tunai Sumbang US$4,6 Miliar ke Ekonomi Jakarta
Temuan penting lainnya dari survei tersebut, yakni enam dari sepuluh responden Indonesia mengakui bahwa jumlah kartu pembayaran yang dimiliki saat ini lebih banyak dibandingkan dengan dua tahun yang lalu. Semakin sedikit masyarakat Indonesia yang masih membawa uang tunai karena sudah berpindah ke pembayaran elektronik dan mulai meninggalkan uang tunai (57%), dan merasa lebih aman menggunakan kartu pembayaran (61%).
“Responden juga menyatakan keinginan agar seluruh proses pembayaran dapat diotomatisasi dan proses pembayaran secara fisik dihilangkan (60%),” ucapnya.
Hampir seluruh responden Indonesia memiliki smartphone (98%). Survey juga menunjukkan bahwa responden Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 6,4 jam sehari menggunakan smartphone dan 3 jam mengakses social media. Sekitar 85% responden Indonesia menggunakan smartphone untuk melakukan pembayaran. Lalu, lebih dari separuh responden Indonesia mengetahui keberadaan pembayaran contactless dan 75% responden lebih memilih untuk menggunakan pembayaran contactless apabila tersedia secara luas.
Separuh responden Indonesia mengetahui keberadaan layanan pembayaran peer-to-peer (P2P) and sepertiga dari mereka sudah pernah mencoba menggunakan layanan tersebut. Layanan pembayaran P2P lebih sering digunakan untuk mengembalikan uang kerabat dan keluarga (72%) dan membagi pembayaran tagihan saat makan bersama di restoran (63%). Sementara itu, 57% responden mengetahui keberadaan layanan pembayaran berbasis QR dan separuh dari mereka tertarik untuk mencobanya.
“Kemudian, 49% responden menyatakan bahwa tidak perlu menuliskan data pribadi merupakan salah satu kelebihan dari pembayaran berbasis QR,” paparnya.
Menurutnya, Studi Visa Consumer Payment Attitudes menunjukkan bahwa konsumen Indonesia melangkah lebih maju menuju masyarakat tanpa tunai. “Dalam rangka mendukung ekonomi digital di Indonesia, Visa akan terus mendorong pertumbuhan pembayaran elektronik dan memperluas penerimaan pembayaran tanpa tunai melalui program Indonesia Acceptance Program (IAP) yang saat ini sedang dilaksanakan di kota-kota pariwisata seperti Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Lombok,” tutupnya. (*)