Jakarta– Fluktuasi nilai tukar rupiah yang sedang berlangsung sepertinya berdampak besar terhadap bisnis otomotif nasional. Hal tersebut juga terlihat pada bisnis PT Astra International Tbk (Astra)
Chief of Corporate Communications, Social Responsibility & Security PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas menyebut, bisnis otomotif miliknya sempat mengalami penurunan, namun hal tersebut bisa diatasi oleh bisnis lain.
“Karena penerimaan kami balance. Otomotif sebagian memang tekor karena 60 persen komponen masih ada yang impor. Tapi Astra banyak pemasukan lain, kelapa sawit dan tambang dalam dolar, berat di sektor komoditas,” kata Pongki di Hotel JS Luwansa Jakarta, Senin 21 Mei 2018.
Pongki menambahkan, walau fluktuasi rupiah berlanjut pihaknya masih tetap optimis terhadap kondisi pasar nasional hingga akhir tahun ini dengan terus melakukan outlook setiap tiga bulan sekali.
Baca juga: Keperkasaan Dolar Terhadap Rupiah Diprediksi Bakal Memudar
“Astra punya outlook 1 hingga 4 kali dan pasti ada penyesuaian asumsi market berapa, ke dollar berapa, berbagai kebijakan gimana, kita akan bikin outlooknya. Tapi yang jelas kita tetap optimis Indonesia tempat yang baik untuk investasi dan berbisnis,” tambah Pongki.
Sebagai informasi, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) menunjukan, sepanjang empat bulan pertama 2018, pangsa Grup Astra tergerus sebesar 8% menjadi sekitar 49% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 57%.
Sementara secara keseluruhan penjualan mobil nasional hingga empat bulan pertama 2018 tercatat sebesar 394.421 unit mobil, tumbuh 5,6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 373.384.
Tercatat berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar AS (Jisdor), hari ini posisi mata uang Garuda menembus level Rp 14.176 per dolar AS, angka tersebut lebih lemah dibandingkan posisi kemarin yang masih di level Rp 14.107 dolar AS. (*)