Jakarta – Penempatan instrumen operasi pasar terbuka (OPT) di Bank Indonesia (BI) yang mengalami penurunan Rp94,96 triliun pada akhir April 2018, mengindikasikan adanya kebutuhan likuiditas perbankan yang meningkat. Peningkatan kebutuhan dana untuk penyaluran kredit yang mulai meningkat ini dikhawatirkan akan mempengaruhi posisi likuditas perbankan di sepanjang tahun 2018.
Posisi OPT di BI pada akhir April 2018 turun menjadi Rp263,48 triliun dari posisi akhir Maret 2018 yang tercatat Rp358,44 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya penempatan pada reverse repo SBN sebesar Rp19,96 triliun dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebesar Rp45,26 triliun. Sementara pada pos deposit facility terdapat kenaikan Rp5,28 triliun.
Direktur Grup Risiko Perbankan dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, memasuki kuartal II tahun ini, pertumbuhan kredit diperkirakan akan melanjutkan tren positifnya, yang ditopang oleh permintaan modal kerja dan konsumsi di saat periode Lebaran. Hal ini menunjukkan perbankan terus menggenjot penyaluran kreditnya hingga akhir tahun.
“Peningkatan kebutuhan dana untuk kredit yang mulai meningkat akan mempengaruhi posisi likuditas perbankan di sepanjang tahun,” ujar Doddy dalam risetnya di Jakarta, Selasa, 15 Mei 2018.
Baca juga: Deposito Bank Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank?
Kebutuhan likuiditas yang meningkat di perbankan ini, lanjut dia, BI sebagai otoritas di moneter dan makroprudensial, harus bisa mengambil upaya agar likuiditas perbankan tetap terjaga. Di sisi lain, adanya tekanan volatilitas di pasar keuangan tentu akan mendorong BI untuk lebih aktif melakukan operasi moneter, baik valas maupun rupiah, guna memastikan ketersediaan likuiditas.
Kendati pertumbuhan kredit diperkirakan bakal melanjutkan tren positifnya, lanjut dia, dari sisi pertumbuhan DPK diproyeksikan tumbuh stabil meski terdapat risiko perlambatan di tengah masih cukupnya likuditas yang dimiliki perbankan. Peningkatan volatilitas di pasar keuangan akan memengaruhi bank dalam menentukan suku bunga dan berpotensi berdampak pada pertumbuhan DPK dan kredit.
Adapun lertumbuhan kredit perbankan secara tahunan (yoy) sampai dengan bulan Maret 2018 tercatat mencapai 8,54 persen. Sementara untuk DPK sendiri mengalami pertumbuhan 7,66 persen. Membaiknya pertumbuhan kredit dibandingkan DPK pada Maret lalu merupakan yang pertama sejak 15 bulan terakhir, sehingga Loan Deposit Ratio (LDR) bank kembali mengalami kenaikan menjadi 89,61 perbankan.
“Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit diperkirakan akan mencapai 10 persen, sementara pertumbuhan DPK mencapai sekitar 8 persen,” ucapnya. (*)