Cadangan Devisa Tak Mampu Bendung Dolar AS Yang Tembus Rp14.000

Cadangan Devisa Tak Mampu Bendung Dolar AS Yang Tembus Rp14.000

Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah menembus ke level Rp14.000 an per dolar AS, menunjukkan bahwa stabilisasi nilai tukar rupiah melalui cadangan devisa (intervensi) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sudah tidak mempan lagi. Padahal posisi cadangan devisa Indonesia pada April 2018 sudah tergerus hingga US$1,1 miliar.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira saat dihubungi Infobank, di Jakarta, Rabu, 9 Mei 2018. Menurutnya, Penurunan cadangan devisa untuk stabilisasi nilai tukar membuat posisi cadangan devisa terendah sejak Juni 2017.

“Ini jadi menjadi bukti bahwa cadangan devisa kita sebenarnya BI tidak bisa terus menerus andalkan instrumen cadangan devisa,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, rasio cadangan devisa Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir April 2018 yang tercatat sebesar US$124,9 miliar ini, hanya berada pada kisaran 14 persen atau lebih rendah bila dibandingkan dari negara Asean lainnya seperti Thailand sebesar 58 persen dan Filipina 28 persen.

Seharusnya, kata dia, stabilisasi nilai tukar rupiah tidak melulu dengan cadangan devisa. Bank Sentral bisa menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate kisaran 25-50 basis points (bps) dari posisi saat ini yang sebesar 4,25 persen, untuk dapat menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang semakin dalam.

Baca juga: Intervensi Rupiah, Cadangan Devisa RI Tergerus US$1,1 Miliar

“Jika BI terlambat naikkan bunga acuan, efeknya dana asing akan semakin keluar dari sektor keuangan dan pelemahan rupiah bisa terus berlanjut. Dalam satu bulan terakhir investor asing mencatat net sales atau jual bersih saham  Rp11,8 triliun,” ucapnya.

Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi masih akan terus berlanjut, sejalan dengan kemungkinan dinaikannya tingkat suku bunga Fed Fund Rate di bulan depan di tengah rendahnya data unemployment rate di AS yang menyentuh 3,9 persen. Tekanan rupiah juga diprediksi semakin kuat seiring ketidakpastian AS terkait kesepakatan nuklir dengan Iran.

“Apakah AS akan keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran atau tidak yang mendorong naiknya harga minyak WTI ke level US$70 per barrel,” tambah Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat hanya 5,06 persen (yoy) pada triwulan pertama 2018 atau berada di bawah konsensus para analis yang sebesar 5,19 persen (yoy) diperkirakan juga turut membebani rupiah seiring kemungkinan tertundanya kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri ditengah masih rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (9/5), spot dibuka melemah 33 Poin ke level Rp14.085 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, pergerakan rupiah menyentuh posisi Rp14.074 per dolar AS  (*)

Related Posts

News Update

Top News