Jakarta – Lepasnya kepemilikan Bank Danamon dari Asia Financial ke Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) akan mengurangi porsi kepemilikan investor Singapura di perbankan Indonesia. Namun, Singapura melalui superholding Temasek sudah meraup untung lebih dari Rp66 triliun. Menurut catatan Biro Riset Infobank, Temasek melalui “cucu” Asia Financial hanya mengeluarkan uang sebesar Rp3,08 untuk membeli Danamon dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada 2003.
Sedangkan penerimaan dividen pada kurun waktu 13 tahun terakhir mencapai sekitar 12 triliun ditambah hasil dari penjualan 19,90% saham kepada BTMU yang sudah dilakukan senilai Rp15,80 triliun atau sekitar Rp57 triliun dengan asumsi penjualan 73% teralisasi tahun ini.
Selain itu, Singapura masih memiliki empat bank untuk menggarap pasar perbankan Indonesia yaitu Bank DBS Indonesia, Bank OCBC NISP, Bank UOB Indonesia, dan Bank Amar. Melepas Danamon dengan keuntungan finansial yang jelas pun menjadi pilihan dan untuk mempertahankan penetrasinya di pasar Indonesia Temasek getol memperkuat posisi DBS di Indonesia. DBS adalah bank terbesar di Asia Tenggara dengan aset US$482 miliar per 2016. Hanya, posisi DBS di Indonesia masih kecil. Dengan aset Rp70,78 triliun per September 2017, pangsa pasar DBS Indonesia baru 0,99%.
Baca juga: Penjajahan Kredit Bank Milik Asing
Dengan lepasnya Danamon yang memiliki pangsa aset 2,08%, maka pangsa pasar bank-bank milik investor Singapura di Indonesia menyusut dari 6,53% menjadi 4,45%. Di sisi lain, pangsa pasar bank-bank milik investor Jepang bertambah dari 4,45% menjadi 7,48%. Kini, Jepang menjadi negara paling dominan diantara 15 negara yang banknya beroperasi di pasar Indonesia.(*)
Bagaimana sepak terjang 15 negara dalam melakukan penetrasi ke pasar perbankan Indonesia? Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 475 Maret 2018 edisi cetak maupun digital.