Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp29,04 triliun di sepanjang tahun 2017, atau tumbuh sebesar 10,7 persen dalam setahunan (year on year/YoY) dari tahun 2016 lalu yang tercatat mencapai Rp26,23 triliun.
Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengungkapkan, kenaikan laba tersebut didorong oleh sejumlah faktor, yakni Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh double digit serta fokus perseroan yang memperkuat bisnis transaction banking sehingga meningkatkan Fee Based Income(FBI).
“Tercatat, per akhir Desember 2017 DPK BRI secara konsolidasi sebesar Rp.841,7 Triliun atau tumbuh 11,5 persen (yoy),” ujarnya di Gedung BRI, Jakarta, Rabu 24 Januari 2018.
Haru menambahkan, Dana murah (CASA) pun masih mendominasi DPK BRI dengan proporsi mencapai 59 persen. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan yang fokus dalam menghimpun dana murah, sehingga mampu menekan biaya operasionai dan dapat memberikan suku bunga yang kompetitif bagi masyarakat.
Selain itu untuk aset sendiri, sepanjang tahun lalu, BRI telah membukukan aset secara keseluruhan menjadi Rp1.126 triliun atau tumbuh sebesar 12,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.003 triliun.
Sementara faktor lain yang mendorong kinerja BRI yakni perolehan FBI yang mencapai Rp10,4 triliun atau tumbuh 13,2 persen (yoy) dari tahun 2016 lalu yang hanya Rp9,2 triliun.
“BRI terus meningkatkan sumber porsi pendapatan baru diluar pendapatan buka, karena trennya suku bunga kedepan akan semakin menurun. Salah satu strateginya yakni dengan memperkuat transaction banking serta pemanfaatan digital banking” tutup Haru. (*)