Batam – Peneliti Universitas Indonesia (UI), Rofikoh Rokhim meyakini Indonesia kedepan bisa jadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi sangat besar di dunia.
Bahkan berdasarkan data IMF, menyebutkan Indonesia di 2050 bisa jadi empat negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia.
Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia menjadi penyumbang GDP terbesar di Asean, dengan angka hingga mencapai 36,5% atau sebesar USD932,26 miliar, kemudian disusul Thailand 15,9% atau sebesar USD406,84 miliar.
“Kita liat, data proyeksi IMF di 2016 posisi Indonesia sudah berada di urutan delapan,” kata Rofikoh di Batam, Kamis, 7 Desember 2017.
Ia mengungkapkan, hingga kuartal III 2017, GDP paling besar sendiri disumbangkan oleh sektor industri atau sebesar 19,93%. Kemudian disusul oleh agriculture sebesar 13,96%.
Disisi lain berbicara inflasi, sejauh ini dinilainya juga mulai terkendali, seiring dengan langkah pemerintah dalam menjaga kondisi pasar.
Bahkan tambahnya saat ini inflasi dari bulan ke bulan selalu berubah ubah. Jika contoh pada bulan Mei paling tinggi terjadi karena makanan, seiring jelang lebaran. Sesudah itu bulan berikutnya penyumbang inflasi paling besar lebih ke transportasi, karena orang mudik butuh kendaraan dan lain-lain.
“Keberhasilan pemerintah dalam menyalurkan makanan ke daerah, membuat pangan terkendali,” jelasnya.
Kini lanjutnya tantangan terbesar Indonesia untuk menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia yakni, mendorong ekspor bisa lebih bergairah.
“Ekspor saat ini sudah mulai positif, khususnya CPO, dan mineral. Selain itu yang juga jadi perhatian ada karet yang menjadi no 4 di dunia. Ada juga potensi minyak nilam. Harganya mahal, dari Aceh dan Purwokerto,” tutupnya. (*)