Fed Fund Rate Tetap, Rupiah Teruskan Tren Pelemahan

Fed Fund Rate Tetap, Rupiah Teruskan Tren Pelemahan

Meski Rupiah berpeluang melemah pasca-pengumuman tetapnya suku bunga acuan di AS oleh The Fed, namun diharapkan hanya melemah tipis sebagai respon atas ketidakpastian pengumuman The Fed. Rezkiana Nisaputra

Jakarta–Sentimen negatif masih mewarnai laju Rupiah yang sudah mengawali sejak pekan kemarin diteritori negatif. Pelaku pasar pun masih menjauhi Rupiah seiring belum adanya sentimen positif yang hinggap pada Rupiah.

Belum adanya sentimen positif dari dalam negeri dan cenderung melemahnya sejumlah mata uang Asia telah memberi tekanan negatif pada Rupiah.

Pelemahan sejumlah mata uang Asia dipicu spekulasi akan diperketatnya aturan transaksi saham dan valas di Tiongkok dan diperparah dengan rilis penurunan cadangan valas Tiongkok sebesar US$93,9 miliar menjadi US$3,56 triliun. Penurunan cadangan valas yang dipersepsikan untuk menstabilisasi laju Yuan pasca-didevaluasi telah memberikan sentimen negatif pada laju mata uang Asia, termasuk Rupiah.

Tidak hanya itu, nilai tukar USD pun kembali melonjak setelah mata uang Yen dan Franc Swiss mengalami penurunan. Bahkan ekspektasi penurunan cadangan devisa RI turut menambah sentimen negatif. Meski laju IHSG sempat mengalami kenaikan namun, tidak berimbas pada laju Rupiah yang masih tetap nyaman berada di zona merah. Pelaku pasar pun masih belum melihat adanya sentimen positif yang hinggap pada Rupiah.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, laju mata uang Asia masih mengalami pelemahan sehingga tidak memberikan imbas yang baik pada Rupiah. Penurunan sejumlah mata uang Asia dipicu respon negatif pada data-data ekonomi Asia dari Jepang dan Tiongkok yang dirilis turun. Rilis kenaikan neraca perdagangan Jerman justru ditanggapi negatif pada laju Euro sehingga memberikan imbas negatif pada Rupiah.

Dia menilai, akan adanya pemberian paket stimulus dari pemerintahan Tiongkok untuk meredakan gejolak pasar diperkirakan akan memberikan sentimen positif pada laju mata uang Asia. “Rupiah pun memanfaatkan kondisi itu untuk dapat menguat. Apalagi pelemahan yang terjadi telah dalam, sehingga momentum tersebut dimanfaatkan untuk pembalikan ke arah positif yang lebih positif,” ujar Reza, dalam risetnya di Jakarta, Senin, 21 September 2015.

Sementara paket kebijakan dari dua instansi (Pemerintah dan BI) dianggap sangat baik namun, tidak banyak berpengaruh ke pasar yang terefleksi dari masih melemahnya nilai tukar Rupiah seiring dengan pelemahan IHSG. Kemungkinan pelaku pasar belum sepenuhnya merespon positif akan kebijakan-kebijakan tersebut dan masih menunggu realisasi serta mekanisme untuk menjalankan kebijakan itu, sehingga tidak hanya menjadi kebijakan yang sifatnya normatif.

Menurutnya, laju Rupiah tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan sebelumnya-sebelumnya, dimana masih mengalami pelemahan. Idealnya ketika suku bunga The Fed tidak jadi dinaikan maka asumsinya yield memegang USD menjadi tetap, sehingga menjadi kurang menarik dan membuat nilainya turun. Jika hal tersebut yang terjadi maka seharusnya laju USD melemah sehingga dapat dimanfaatkan mata uang lainnya untuk berbalik menguat.

“Akan tetapi, kondisi tersebut tidak berlaku bagi Rupiah yang menghiraukan kondisi tersebut dengan tetap bertahan di zona merah. Padahal sebelum pengumuman The Fed pun, laju USD mengalami pelemahan seiring terapresiasinya laju EUR-USD dan GBP-USD,” tukas Reza.

Sebelumnya dia menyampaikan, meski Rupiah berpeluang melemah namun, hanya melemah tipis sebagai respon atas ketidakpastian pengumuman The Fed. Untuk itu, tetap mewaspadai sentimen di pasar. Dengan masih adanya tren pelemahan dan belum adanya perlawanan balik menguat, maka akan sangat percuma jika mengharapkan adanya laju pembalikan menguat.

“Untuk itu, tetap mewaspadai sentimen di pasar. Laju Rupiah di bawah target support 14.450. Rp 14.482-14.450 (kurs tengah BI),” tutup Reza. (*)

Related Posts

News Update

Top News