Poin Penting
- Bank Mandiri menekankan kemanusiaan sebagai inti inovasi di era AI dan digitalisasi.
- Prinsip ESG dan edukasi digital dijalankan untuk membangun ekosistem finansial inklusif dan aman.
- Strategi proaktif seperti prebunking, accuracy nudge, dan transparansi transaksi diterapkan untuk melawan disinformasi.
Jakarta – International Association of Business Communicators (IABC) Indonesia Conference & Awards 2025 menyoroti isu besar yang kini dihadapi dunia digital. Ialah menjaga kepercayaan publik di tengah pesatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) dan meningkatnya ancaman deepfakes.
Di antara diskusi tentang misinformasi, etika komunikasi, dan dampak digital, Bank Mandiri menegaskan bahwa masa depan inovasi finansial harus berpijak pada kemanusiaan dan tanggung jawab sosial.
Senior Vice President Environmental, Social & Governance (ESG) Bank Mandiri, Monica Yoanita Octavia, menekankan bahwa digitalisasi hanya akan bermakna jika memperkuat kepercayaan masyarakat.
“Membangun kepercayaan di era digital dimulai dengan menempatkan kemanusiaan sebagai inti dari setiap inovasi,” ujarnya, dikutip Kamis (11/12).
Baca juga: Bank Mandiri Perkenalkan Kredit Agunan Deposito Digital Melalui Kopra by Mandiri
Ia menambahkan bahwa prinsip ESG menjadi fondasi Bank Mandiri dalam memperkuat ekosistem finansial yang inklusif dan adaptif terhadap dinamika ekonomi nasional.
“Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ESG dalam praktik bisnis kami, Bank Mandiri terus berkembang dalam menciptakan dampak digital yang memberdayakan masyarakat, memperkuat komunitas, dan menjaga keberlanjutan masa depan bersama,” imbuhnya.
Komunikasi Strategis
Pentingnya kepercayaan publik juga ditegaskan oleh President IABC Indonesia, Elvera N. Makki. Ia menyebut bahwa teknologi memang dapat mempercepat penyebaran pesan, namun tidak menggantikan nilai kemanusiaan dalam membangun makna.
“Di era AI, komunikasi strategis tidak cukup hanya akurat, namun harus empatik, etis, dan berpihak pada hak asasi manusia,” kata Elvera.
Pesannya relevan dengan sektor perbankan yang semakin terdigitalisasi dan menghadapi risiko manipulasi informasi di ruang digital.
Baca juga: Puncak Livin’ Fest 2025 di Surabaya, Bank Mandiri Majukan UMKM dan Industri Kreatif
Dalam konteks ancaman misinformasi, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Dikti Saintek) RI, Stella Christie, mengingatkan bahwa AI telah melipatgandakan kecepatan penyebaran hoaks di Indonesia.
“AI mempermudah pembuatan berita hoaks, dan dalam satu tahun terakhir, penyebaran informasi palsu meningkat hingga dua kali lipat,” ucap Stella.
Menurutnya, penyebaran hoaks terjadi bukan hanya karena kontennya, tetapi karena faktor psikologis seperti political partisanship dan heuristic.
Baca juga: Nilai Transaksi Kopra by Mandiri Tembus Rp22.000 Triliun di Oktober 2025, Naik 22 Persen
Ia menekankan perlunya pendekatan proaktif seperti prebunking, accuracy nudge, serta edukasi jangka panjang untuk menekan laju disinformasi.
Upaya yang disampaikan Stella sejalan dengan strategi digital Bank Mandiri yang fokus pada literasi, transparansi transaksi, dan mitigasi risiko untuk mendukung stabilitas sistem keuangan.
Teknologi untuk Melindungi
Teknologi, menurut Bank Mandiri, bukan hanya alat efisiensi tetapi instrumen untuk melindungi masyarakat dan memperkuat kepercayaan di tengah ketidakpastian global. (*) Alfi Salima Puteri










