Poin Penting
- Ekspor Indonesia Oktober 2025 turun 2,31 persen yoy menjadi USD 24,24 miliar, terutama akibat anjloknya ekspor migas hingga 33,60 persen
- Sepanjang Januari–Oktober 2025, ekspor tumbuh 6,96 persen menjadi USD 234,04 miliar, ditopang lonjakan ekspor non-migas terutama dari industri pengolahan
- Impor naik 2,19 persen menjadi USD198,16 miliar, didorong kenaikan signifikan impor barang modal (18,67 persen), khususnya mesin mekanis, mesin elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
Jakarta – Kinerja perdagangan Indonesia pada Oktober 2025 mencatat tekanan di sisi ekspor, sementara impor menunjukkan tren kenaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor secara tahunan (yoy) pada Oktober mencapai USD 24,24 miliar.
Puji Ismartini, Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS menjelaskan, nilai ekspor tersebut turun 2,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini utamanya dipicu oleh merosotnya ekspor migas ke negara mitra.
“Nilai ekspor (tahunan) migas tercatat senilai USD0,89 miliar atau turun 33,60 persen. Sementara nilai ekspor non-migas tercatat turun sebesar 0,51 persen dengan nilai USD23,34 miliar,” terang Puji pada Senin, 1 Desember 2025.
Baca juga: Inflasi November 2025 Tembus 2,72 Persen, Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Terbesar
Namun, secara kumulatif dari Januari–Oktober 2025 ekspor Indonesia tumbuh 6,96 persen menjadi USD 234,04 miliar. Pendorong utamanya berasal dari ekspor non-migas senilai USD 223,12 miliar, tumbuh 8,42 persen. BPS mencatat sektor industri pengolahan menjadi motor utama ekspor non-migas dengan andil 11,68 persen.
“Ekspor sektor industri pengolahan yang naik cukup besar, yaitu minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, barang perhiasan dan barang berharga, kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, serta semikonduktor dan komponen elektronik lainnya,” jelasnya.
Selanjutnya, BPS menyebut pada Januari-Oktober 2025, tiga besar negara tujuan ekspor adalah Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan India. Adapun nilai ekspor ketiga negara tersebut memberikan share sekitar 41,84 persen dari total ekspor non-migas Indonesia.
Tiongkok tercatat menjadi target ekspor non-migas utama Indonesia. Angkanya mencapai USD52,45 miliar. Ekspor tersebut didominasi besi dan baja dengan pangsa 28,86 persen.
Masih di periode Januari–Oktober 2025, impor naik 2,19 persen menjadi USD198,16 miliar. Kenaikan terutama disumbang impor barang modal, yang tumbuh 18,67 persen menjadi USD40,55 miliar, didorong lonjakan impor mesin mekanis (HS84), mesin elektrik (HS85), serta kendaraan dan bagiannya (HS87).
Baca juga: 282 Eksportir Sawit Diduga Memanipulasi Data Ekspor, Negara Rugi Rp140 Miliar
Sebaliknya, impor bahan baku penolong turun 1,25 persen menjadi USD139,60 miliar. Tak hanya itu, impor barang konsumsi juga ikut terkoreksi 2,05 persen, berada di kisaran USD18,02 miliar.
“Kemudian jika dilihat menurut negara dan kawasan tujuan asal impor, peningkatan nilai impor terjadi dengan Tiongkok, Jepang, dan AS. Sementara itu, impor dari negara ASEAN dan Uni Eropa mengalami penurunan,” jelas Puji.
Hingga Oktober 2025, tiga besar negara asal impor untuk Indonesia adalah Tiongkok, Jepang, dan AS. Pangsa pasarnya mencapai 52,75 persen dari total impor non-migas Indonesia. (*) Mohammad Adrianto Sukarso









