Poin Penting
- Investasi hilirisasi kelapa dari dua perusahaan China mencapai USD100 juta dan diproyeksikan menyerap 10 ribu tenaga kerja dalam tiga fase konstruksi.
- Hilirisasi dinilai meningkatkan nilai tambah bagi petani, karena sebelumnya ekspor kelapa mentah ke China membuat harga jual rendah akibat beban logistik.
- Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar mencatat kinerja ekspor positif, dengan ekspor 2024 mencapai 1,1 juta ton (USD1,55 miliar) dan awal 2025 menunjukkan peningkatan signifikan.
Jakarta – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, proyek hilirisasi kelapa yang merupakan hasil investasi dua perusahaan Cina memberikan berbagai nilai tambah bagi Indonesia.
Nilai tambah tersebut berbentuk penyerapan ribuan tenaga kerja hingga produk turunan kelapa yang lebih bervariatif.
“Alhamdulillah, kita bisa mendapatka investasi di bidang kelapa dan sudah mulai masuk tahap konstruksi. Memang investasinya USD100 juga, tapi penyerapan tenaga kerjanya dari tiga fase itu sebanyak 10 ribu orang,” jelas Rosan, dalam acara Kompas 100 CEO Forum di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (26/11/2025).
Selain itu, kata Rosan, hilirisasi komoditas kelapa juga dirasa penting dalam menciptakan nilai tambah atau nilai tukar bagi petani di Indonesia jika mampu diolah melalui proses hilirisasi secara optimal.
Baca juga : MIND ID Perkuat Transisi Energi Lewat Hilirisasi Bauksit
Sebelumnya, produk kelapa sendiri diekspor ke Negeri Tirai Bambu dalam bentuk mentah yang berdampak pada rendahnya harga jual di tingkat petani akibat beban logistik.
“Tadinya kelapa itu diekspor ke Cina dengan menghitung biaya logistik. Ini membuat harga jual petani jadi rendah,” bebernya
Namun, usai melalui proses negosiasi, kata Rosan, investor asal China tersebut bersedia untuk menyuntikan modal langsung ke pemerintah.
Baca juga : Pengamat: Hilirisasi Mineral Jadi Wujud Kemandirian Pertahanan Nasional
Diketahui, Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa terbesar di dunia dan ekspor komoditas ini menunjukkan tren positif, terutama karena meningkatnya permintaan global akan produk turunan kelapa.
Pada 2024, ekspor kelapa Indonesia mencapai 1,1 juta ton dengan nilai total ekspor produk kelapa mencapai USD1,55 miliar.
Kemudian, pada awal 2025 (Januari-Februari), volume ekspor kelapa bulat mencapai 71.077 ton, meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Beberapa negara tujuan ekspor kelapa yakni, Cina, Vietnam, Malaysia, Thailand, Belanda, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dan Timur Tengah. (*)
Editor: Galih Pratama










