Poin Penting
- Kredit konsumsi tumbuh moderat di September 2025 sebesar 7,42 persen yoy, sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya NPL konsumsi menjadi 2,37 persen.
- KPR dan KKB mengalami perlambatan tajam, dengan KPR turun ke 7,26 persen dan KKB hanya 0,72 persen, dipengaruhi kontraksi penjualan kendaraan.
- Segmen BNPL melonjak 25,49 persen menjadi Rp24,86 triliun, sementara OJK melihat peluang pemulihan kredit konsumsi akhir 2025–awal 2026.
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit konsumsi masih termoderasi. Hal ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2025.
Adapun hingga September 2025 kredit konsumsi tumbuh sekitar 7,42 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menilai kredit konsumsi masih tumbuh meskipun termoderasi, sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang bersumber dari konsumsi rumah tangga maupun indikator terkait daya beli konsumen yang masih tumbuh terbatas.
OJK mencatat risiko kredit sedikit meningkat di segmen konsumsi pada September 2025 yang tecermin dari non performing loan (NPL) yang meningkat menjadi sebesar 2,37 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 1,85 persen.
Baca juga: OJK: Masih Ada Ruang Penurunan Suku Bunga Kredit Perbankan
“OJK menekankan bahwa pemulihan kredit konsumsi bergantung pada perbaikan permintaan domestik, transmisi penurunan suku bunga ke lending rate, serta perbaikan pendapatan rumah tangga yang dapat memengaruhi daya beli masyarakat,” ujar Dian dalam jawaban tertulis, dikutip, Selasa, 25 November 2025.
Dian menyebut, perlambatan paling nyata terjadi pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). KPR tumbuh termoderasi pada September 2025 sebesar 7,26 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 10,89 persen.
Sedangkan, KKB pada September 2025 tumbuh sebesar 0,72 persen dibandingkan posisi September 2024 sebesar 9,00 persen sehingga berkontribusi menahan laju pertumbuhan kredit konsumsi.
“Lemahnya pertumbuhan KKB juga sejalan dengan masih terkontraksinya penjualan kendaraan bermotor selama setahun terakhir,” ungkap Dian.
Baca juga: Bank Permata Sudah Mulai Turunkan Suku Bunga Kredit Modal Usaha
Meski demikian, terjadi pertumbuhan yang signifikan pada segmen buy now pay later (BNPL) sebesar 25,49 persen menjadi Rp24,86 triliun, meskipun porsi BNPL terhadap total kredit perbankan masih relatif kecil dengan rasio NPL yang tetap terjaga sebesar 2,61 persen.
Dian optimis pada akhir 2025 hingga awal 2026 terdapat peluang perbaikan permintaan kredit konsumsi. Beberapa faktornya antara lain transmisi kebijakan moneter yang semakin membaik, tren penurunan suku bunga pinjaman, percepatan belanja pemerintah/investasi swasta, dan dorongan kebutuhan belanja musiman rumah tangga jelang akhir dan awal tahun (nataru). (*)
Editor: Galih Pratama









